Dia mengungkapkan, kebijakan Trump yang akan segera mengeluarkan dua perintah eksekutif (executive order) untuk mencari penyebab defisit neraca perdagangan AS, akan lebih berdampak besar pada negara-negara yang memang struktur ekspornya lebih banyak terkait dengan nonkomoditas.
“Seperti Vietnam, Taiwan yang bisa jadi akan dicap sebagai negara currency manipulation. Indonesia lebih list expose terhadap dari sisi perdagangan,” ucap Nanang.
Dia menilai, Indonesia merupakan bukan target utama AS terkait dengan wacana Trump yang akan segera mengeluarkan dua perintah eksekutif, meski Indonesia menjadi satu dari 16 negara yang dituding melakukan perbuatan curang dalam kerangka kerja sama perdagangan, yang diperkirakan menyebabkan kerugian AS sebesar US$50 miliar.
“Indonesia bukan target utama dari kebijakan trump ini, karena struktur perdagangannya tidak seperti negara asia lainnya. Indonesia sebetulnya tidak terlalu besar kalau dengan AS perdagangannya. Jadi hemat saya impeknya ini tidak akan besar,” tegasnya. (Bersambung ke halaman berikutnya)
Jakarta - PT Mandiri Sekuritas memproyeksikan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang stabil pada kisaran… Read More
Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More
Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More
Jakarta - Kapolda Sumbar Irjen. Pol. Suharyono menjelaskan kronologis polisi tembak polisi yang melibatkan bawahannya,… Read More
Jakarta – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung mendukung langkah PLN… Read More
Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More