Dampak Inflasi Emas, Ekonom Ingatkan Pemerintah Jaga Ekspektasi Pasar

Dampak Inflasi Emas, Ekonom Ingatkan Pemerintah Jaga Ekspektasi Pasar

Poin Penting

  • Kenaikan harga emas mendorong inflasi inti, dengan kontribusi 0,68% terhadap inflasi tahunan Oktober 2025 yang mencapai 2,86%.
  • Ekonom CORE Yusuf Rendy Manilet menilai tekanan inflasi berasal dari faktor eksternal seperti ketidakpastian geopolitik dan ekspektasi penurunan suku bunga AS.
  • Pemerintah dan Bank Indonesia diminta menjaga ekspektasi pasar melalui komunikasi kebijakan yang konsisten agar persepsi inflasi tetap terkendali.

Jakarta – Pemerintah diimbau untuk menjaga ekspektasi terhadap kenaikan harga emas agar dampaknya terhadap inflasi tetap terkendali.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE), Yusuf Rendy Manilet mengatakan, kenaikan harga emas dapat meningkatkan persepsi masyarakat bahwa harga-harga secara umum sedang naik, terutama dari sudut pandang rumah tangga.

“Terutama, karena emas sering dipandang sebagai aset pelindung nilai. Ini yang perlu dijaga agar tidak menjalar ke ekspektasi inflasi ke depan,” ujar Yusuf, dinukil laman ANTARA, Selasa, 4 November 2025.

Yusuf menilai, kenaikan inflasi inti yang dipicu oleh emas lebih banyak disebabkan oleh faktor eksternal, yakni lonjakan harga emas global akibat meningkatnya ketidakpastian geopolitik dan ekspektasi penurunan suku bunga di Amerika Serikat.

Artinya, menurut dia, tekanan tersebut tidak mencerminkan peningkatan permintaan domestik yang kuat.

“Bank Indonesia (BI) juga cenderung akan melihatnya sebagai faktor sementara,” ujarnya.

Baca juga: Harga Emas Antam, Galeri24, dan UBS Kompak Anjlok, Cek Rinciannya

Yusuf pun merekomendasikan pemerintah dan BI untuk terus memperkuat koordinasi dalam mengelola ekspektasi, baik melalui komunikasi kebijakan yang konsisten maupun langkah konkret di lapangan.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan perekonomian Indonesia mengalami inflasi tahunan sebesar 2,86 persen year-on-year (yoy) pada Oktober 2025, terutama akibat kenaikan harga emas.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menjelaskan emas menjadi komoditas penyumbang utama inflasi tahunan pada Oktober 2025 sebesar 2,86 persen dengan andil sebesar 0,68 persen, seiring peningkatan harga emas global yang berdampak langsung terhadap pasar domestik.

Emas pun menjadi kontributor utama dalam komponen inflasi inti. Selain emas, komoditas seperti minyak goreng dan kopi bubuk juga turut memberikan tekanan harga pada kelompok komponen tersebut.

Naik Turun Harga Emas

Tren harga emas dalam beberapa pekan terakhir bersifat fluktuatif. Harga emas untuk produk logam mulia jenis Galeri24 dan UBS di Pegadaian, Selasa (4/11) kompak mengalami penurunan dari hari sebelumnya.

Baca juga: Apa Itu Spread Emas? Berikut Fungsi, Dampak, dan Cara Hitungnya

Melansir laman Sahabat Pegadaian, harga jual emas Galeri24 kini dibanderol Rp2.374.000 per gram, turun Rp22.000 dari semula Rp2.396.000 per gram. 

Adapun, UBS dihargai Rp2.376.000 per gram, turun Rp22.000 dari harga Rp2.398.000 per gram. Sementara itu, data harga jual emas Antam masih belum tersedia hingga hari ini.

Namun, jika menilik laman Logam Mulia, harga emas Antam juga ikut merosot. Harga jual tercatat Rp2.286.000per gram, turun Rp8.000 dari semula Rp2.278.000 per gram

Kenaikan Tajam Sebelumnya

Menariknya, harga emas sempat naik tajam dalam beberapa pekan terakhir. Pada Selasa (14/10) misalnya, harga emas untuk tiga produk logam mulia, yakni Antam, Galeri24, dan UBS di Pegadaian, kompak mengalami kenaikan harga. 

Berdasarkan laman Sahabat Pegadaian, harga jual emas Antam naik di angka ke Rp2.565.000 per gram, dibandingkan hari sebelumnya yakni Rp2.414.000.

Pun begitu dengan emas Galeri24 juga ikut naik di level Rp2.335.000 per gram, dari sebelumnya Rp2.301.000. Sama halnya dengan harga emas UBS juga ikut naik di level Rp2.385.000 dari sebelumnya Rp2.340.000. (*)

Editor: Yulian Saputra

Related Posts

News Update

Netizen +62