Poin Penting
- CTI Group menggelar forum tahunan Golden Circle Club (GCC) Economic Outlook 2025 untuk membahas arah ekonomi dan strategi bisnis teknologi menghadapi ketidakpastian global.
- Bhima Yudhistira menilai tekanan geopolitik dan kebijakan AS mendorong perusahaan berinvestasi pada teknologi efisiensi seperti cloud, data analytics, dan sistem pemantauan.
- Toto Alfin Atmojo dan Rachmat Gunawan menekankan pentingnya efisiensi dan kolaborasi strategis, dengan peluang besar bagi penyedia solusi lokal di tengah kehati-hatian belanja IT.
Jakarta – PT Computrade Technology International (CTI Group) kembali menggelar forum tahunan eksklusif Golden Circle Club (GCC) Economic Outlook 2025 untuk membahas arah ekonomi dan strategi bisnis teknologi di tengah ketidakpastian global.
Forum yang dihadiri para eksekutif C-level dari mitra bisnis CTI Group ini mengangkat tema “Thriving Through Economic Tightness: How Technology Solutions Providers Navigate in 2026.”
Diskusi yang dikemas dalam format Executive Roundtable Discussion ini dipandu oleh Presiden Direktur PT Defender Nusa Semesta (Defenxor), Toto A. Atmojo, dengan menghadirkan Bhima Yudhistira, Founder dan Executive Director Center of Economic and Law Studies (CELIOS), sebagai pembicara utama.
Bhima menyoroti bahwa ekonomi nasional masih dibayangi ketidakpastian akibat ketegangan geopolitik dan kebijakan tarif Amerika Serikat yang belum selesai.
“Arah investasi sekarang lebih ke solusi yang memberikan efisiensi cepat dan menjaga produktivitas,” ujar Bhima, dikutip Jumat, 24 Oktober 2025.
Baca juga: OJK: Teknologi AI Bantu Industri Pindar Tekan Risiko Kredit Macet
Ia menambahkan, tekanan global justru membuka peluang baru di sektor teknologi informasi. Menurutnya, banyak perusahaan kini mulai berinvestasi pada infrastruktur IT seperti cloud, data analytics, dan sistem pemantauan untuk meningkatkan efisiensi dan ketahanan bisnis.
“Industri perlu menggabungkan investasi pada mesin produksi dengan teknologi agar lebih efisien dan tangguh,” jelasnya.
Sementara itu, Toto Alfin Atmojo menilai kuartal III tahun ini menjadi periode yang penuh tantangan bagi pelaku industri IT. Ia menyebut banyak perusahaan menahan proyek besar dan lebih berhati-hati dalam belanja teknologi.
“Kondisi pasar saat ini sangat menantang, banyak perusahaan menahan proyek besar dan lebih berhati-hati dalam belanja IT,” ujarnya.
Namun, Toto melihat kondisi ini membuka ruang bagi penyedia solusi lokal. “Buying power turun, tapi ekspektasi juga ikut menyesuaikan. Ini jadi kesempatan bagi produk lokal untuk naik kelas,” tambahnya.
Dalam penutupannya, Toto menegaskan bahwa efisiensi akan menjadi arah utama di tahun depan.
“Semua pelaku industri harus menyesuaikan diri dengan kemampuan pasar. Produk atau layanan yang spesifik dan memberi nilai nyata akan tetap mendapat tempat,” katanya.
Baca juga: Inti Corpora Teknologi Beberkan Tantangan Transformasi Digital Perbankan RI
CEO CTI Group, Rachmat Gunawan, menyampaikan bahwa perusahaan berkomitmen untuk menjadi mitra strategis bagi penyedia solusi teknologi di Indonesia.
“Sejalan dengan visi kami untuk tumbuh bersama mitra dalam mempercepat transformasi digital, kami percaya kolaborasi yang kuat akan menciptakan nilai dan peluang baru bagi seluruh ekosistem,” ujarnya.
Melalui forum seperti Golden Circle Club, lanjut Rachmat, CTI Group ingin membantu mitra memahami dinamika ekonomi sekaligus merumuskan strategi terbaik menghadapi tantangan 2026. (*) Ari Nugroho










