Perbankan dan Keuangan

Credit Suisse di Ambang Kehancuran, Ada Efeknya ke RI?

Jakarta – Kolapsnya sejumlah bank di Amerika Serikat (AS), membawa efek domino kepada perbankan global. Terbaru, Credit Suisse ikut mengalami guncangan. Saham bank investasi terbesar ke delapan di dunia ini, mengalami anjlok 24 persen.

Hal tersebut memukul pasar saham, khususnya di Eropa. Lalu, apakah akan berdampak kepada perbankan Tanah Air? Eko Listiyanto, Wakil Direktur INDEF menilai, guncangan yang terjadi pada Credit Suisse ini merupakan dampak sintimen negatif di sektor perbankan global. Pemicunya adalah keruntuhan Silicon Valley Bank (SVB) di AS.

“Ini lebih ke sentimen negatif sektor perbankan global. Tadinya hanya di Amerika, dengan cepat merembet ke Eropa. Secara kecepatan penjalaran mirip dengan krisis keuangan global di 2008, walaupun magnitude-nya berbeda,” jelas Eko dalam webinar, Kamis, 16 Maret 2023.  

Baca juga: Kolapsnya SVB jadi Warning bagi Fintech untuk Perkuat Tata Kelola

Menurut Eko, guncangan yang terjadi pada Credit Suisse memang harus segera diatasi oleh bank sentral Swiss. Jika tidak tertangani dengan baik, akan menimbulkan efek domino yang besar terhadap perekonomian global.

“Tapi, sejauh yang saya tau, bank ini lebih kepada aspek ke sentimen negatif. Karena memang situasi globalnya, perbankan di mana-mana lagi mengalami penurunan karena dipicu satu bank di AS. Inilah rentannya bisnis bank dalam konteks ketika regulasinya itu masih banyak yang harus diperbaiki,” kata Eko.

Bagaimana dampaknya ke perekonomian Indonesia? Menurut Eko, secara makro tidak akan berdampak signifikan. Dia menganalogikan kejadian krisis keuangan global pada 2008 yang menjalar ke Eropa dan negara lainnya. Krisis ini membuat situasi ekonomi global melambat. Tapi, menariknya Indonesia justru masih bisa tumbuh 4,5 persen.

“Ini yang sangat mengejutkannya. Dari 100 bank lebih di Indonesia, hanya ada satu yang kena dampak, yakni Bank Century kala itu. Artinya, tidak akan berdampak (Credit Suisse) jauh ke Indonesia. Sebulan dua bulan akan mereda,” ujar Eko.

Sementara, langkah bank sentral Swiss yang dikabarkan menyanggupi memberikan pinjaman hingga 50 juta franc (US$ 53,7 miliar) ke Credit Suisse ini, dinilai sebagai upaya menciptakan sentimen positif, demi menekan krisis keuangan global.

“Sekarang bagaimana cara bank sentral di Swiss bisa me-maintaining sentimen negatif, dengan sentimen positif,” ungkap Eko.

Baca juga: INDEF Ungkap Dampak SVB ke Perbankan RI Minim, Tapi…

Sekadar informasi, secara tiba-tiba Credit Suisse pada Kamis, 16 Maret 2023, mengumumkan rencana meminjam hingga 50 juta franc (US$ 53,7 miliar) dari bank sentral Swiss.

Pinjaman itu akan digunakan untuk mendukung grup perbankan tersebut setelah sahamnya anjlok. Guncangan tersebut diklaim efek dari kolabsnya beberapa bank di AS.(*)

Galih Pratama

Recent Posts

Kemenperin Dorong Kolaborasi Startup dan IKM untuk Transformasi Digital

Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (Ditjen IKMA)… Read More

2 hours ago

OJK Terbitkan Aturan Terkait Perdagangan Kripto, Ini Isinya

Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan Peraturan OJK (POJK) Nomor 27 Tahun 2024 tentang… Read More

7 hours ago

OJK: BSI Tengah Siapkan Infrastruktur untuk Ajukan Izin Usaha Bullion Bank

Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membeberkan proses pengembangan kegiatan usaha bullion atau usaha yang berkaitan dengan… Read More

8 hours ago

Libur Natal dan Tahun Baru, CIMB Niaga Optimalkan Layanan Digital

Jakarta - PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) mengoptimalkan fasilitas digital banking yang dimiliki sebagai alternatif… Read More

8 hours ago

Jelang Libur Natal, IHSG Ditutup Merah ke Level 7.065

Jakarta - Menjelang libur dan cuti bersama perayaan Natal 2024, indeks harga saham gabungan (IHSG)… Read More

9 hours ago

Komisi VII DPR Dukung PPN 12 Persen, Asalkan…

Jakarta - Anggota Komisi VII DPR RI Dina Lorenza menyatakan dukungannya terhadap kenaikan Pajak Pertambahan… Read More

9 hours ago