Jakarta – Ekonomi Indonesia dinilai masih akan tertekan pada kuartal kedua 2020 akibat belum berakhirnya pandemi Covid-19. Bahkan, ekonomi RI diprediksi akan tumbuh negatif akibat menurunnya angka konsumsi di masyarakat.
Hal tersebut sepertii disampaikan oleh Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara pada video conference acara Webinar Infobank Institute dengan tema “Relaksasi kredit perbakan dan penyelamatan sektor rill”.
Menurutnya ekonomi RI sedang dalam posisi tertekan terlebih program Pembatasan Sosial Berskala Besae (PSBB) terus diperpanjang seperti di Jakarta yang diperpanjang hingga 2 Juni 2020.
“Kalau kurva bentuk v kita akan terjun bebas cukup dalam. Kuartal kedua ini sudah pasti pertumbuhan ekonominya negatif, dan kuartal ketiga masih terkoreksi karena masih ada kelanjutan PSBB,” kata Bhima di Jakarta, Rabu 20 Maret 2020.
Ia mengungkapkan, bila kebijakan PSBB konsisten diterapkan, kurva pandemi covid-19 akan membaik dan diharapkan dapat menyehatkan pertumbuhan ekonomi di kuartal empat 2020 hingga tahun 2021 mendatang.
“Kalau kebijakan konsisten dari awal tapi kuartal 4 huruf v pemulihan tancap gas dan 2021 bisa jadi seperti prediksi IMF yang ramalkan pertumbuhan ekonomi kita capai 8,2 persen lebih tinggi bandingkan sebelum pandemi,” tukasnya.
Sebagai informasi saja, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2020 hanya tumbuh 2,97%. Pertumbuhan tersebut turun dibandingkan dibanding kuartal I 2019 sebesar 5,07%. (*)
Editor: Rezkiana Np