Jakarta – PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) menargetkan pertumbuhan total jumlah nasabah sebesar 10 juta nasabah di 2025.
Hal tersebut diungkapkan Direktur Consumer Banking CIMB Niaga, Noviady Wahyudi saat ditemui pada opening ceremony XTRA XPO 2024 di Gandaria City Jakarta, Jumat, 27 September 2024.
Hingga Agustus 2024, CIMB Niaga telah memiliki jumlah total nasabah sebesar 8 juta nasabah.
“Kita setiap tahun bisa grow hampir 1 juta ya, sekitar 900 ribu nasabah. Jadi, mungkin kalau saya bagi 12 bulan, mungkin sekitar 75 ribu sampai 100 ribu nasabah baru per bulannya,” ucap Noviady.
Berbagai program telah disiapkan CIMB Niaga untuk meningkatkan jumlah nasabahnya, seperti melalui program Cashback sampai 1 Persen untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) setiap bulannya selama tahun pertama.
Baca juga: Jurus CIMB Niaga Optimalkan Customer Experience di Banjarmasin
Program Cashback sampai 1 Persen ini juga adalah langkah antisipasi CIMB Niaga dalam merespons penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate).
“Tentunya kita lihat kembali apakah nanti BI Rate ada penurunan lebih lanjut, tentunya kami langsung menyesuaikan ya. Namun, untuk KPR, menyambung dengan ulang tahun CIMB Niaga, kita sudah lakukan lebih dulu sebelum ada pengumuman dari Bank Indonesia,” tambahnya.
Sementara untuk suku bunga kredit pemilikan mobil (KPM), Noviady menyatakan akan melakukan penyesuaian di Oktober nanti seiring dengan adanya tren penurunan suku bunga.
Lebih lanjut, kata Noviady, jika total penyaluran kredit untuk consumer bank CIMB Niaga telah mencapai sekitar 6 sampai 7 persen. Pihaknya menargetkan overall penyaluran kredit consumer bank sebesar 7 sampai 8 persen hingga akhir 2024.
Ia beberkan, terdapat beberapa sektor kredit yang pertumbuhannya relatif lebih cepat seperti personal loan yang pertumbuhannya bisa sekitar 17 sampai 20 persen, kemudian otomotif yang pertumbuhannya bisa di atas 20 persen, serta KPR dengan potensi pertumbuhan sekitar 4 sampai 5 persen.
“Kemudian, kalau di otomotif pertumbuhannya bisa di atas 20 persen, di patok kredit mungkin hampir 10 persen, kurang lebih gitu ya. Lalu, kalau KPR mungkin sekitar 4 sampai 5 persen, jadi overall kira-kira 6 sampai 7 persen,” jelasnya.
Baca juga: BI Rate dan FFR Kompak Turun, Kapan Suku Bunga Kredit dan Deposito Ikutan?
Dirinya berharap dengan adanya tren penurunan suku bunga dan nilai tukar rupiah yang stabil, dapat mendongkrak penyaluran kredit kepemilikan hunian maupun otomotif lebih besar lagi ke depannya.
Dirinya turut berharap, pemerintahan yang baru di bawah presidensi Prabowo Subianto bisa menerapkan kebijakan yang lebih spesifik untuk menopang daya beli masyarakat.
“Untuk KPR, kita juga selalu memberikan fleksibilitas untuk nasabah, melalui pengoptimalan aset properti yang ada,” pungkas Noviady. (*) Steven Widjaja