Jakarta–Pergantian sistem core banking PT CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) Januari lalu ternyata mendapat perhatian khusus dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Pasalnya, pergantian sistem dilakukan secara big bang atau serentak di 800 kantor cabang, 90 aplikasi serta migrasi 7,7 juta data nasabah, 4,5 juta rekening simpanan dan 800 ribu rekening pinjaman nasabah dengan sistem yang tetap berjalan normal dikhawatirkan akan menimbulkan dampak sistemik pada sistem perbankan.
“Waktu kami bilang ke OJK kita akan black out sehari enggak boleh, kita cuma boleh 8 jam. Di Kuala Lumpur pergantian sistem seperti ini menimbulkan black out berhari-hari, tapi itu akhirnya tidak terjadi,” kata Direktur IT and Operations CIMB Niaga Rita Mas’Oen di acara Diskusi Bersama CIMB Niaga “Menjadi Bank Digital Terdepan di Indonesia”.
Pergantian sistem secara big bang tersebut melibatkan 650 anggota tim dan 300 vendor eksternal. Pergantian sistem secara menyeluruh meskipun paling berisiko dipilih Perseroan karena paling efisien. Ia menyontohkan pergantian sistem core banking di bank lain bisa sampai 3 tahun karena dilakukan per wilayah. Sementara dengan big bang, CIMB Niaga hanya memerlukan waktu 20 bulan.
“Dalam penggantian itu kliring, semua aplikasi dan lebih 90 aplikasi dimana lebih dari 50% adalah aplikasi penting, ini dalam keadaan hidup. Dan ini bisa jadi sistemik problem, dan jadi perhatian OJK. Coba kalau black out, jadi ini dikhawatikan regulator kita,” tambah Rita.
Pergantian core banking selain tidak mudah, juga mahal. Menurutnya Perseroan menggelontorkan lebih dari US$100 juta khusus untuk pergantian sistem core banking menjadi 1Platform (1P). (*)
Editor: Paulus Yoga