China Pertimbangkan Pajak Transaksi Valas

China Pertimbangkan Pajak Transaksi Valas

oleh Agung Galih Satwiko

 
PASAR saham global umumnya menguat hari Jumat karena penguatan mata uang global pasca-keputusan the Fed yang tidak menaikkan tingkat bunga dan mereduksi proyeksi kenaikan tingkat bunga ke depan menjadi dua kali. Indeks Nikkei turun 1,3%, Shanghai composite naik 1,7%, dan indeks Hang Seng Hongkong naik 0,8%. Di Eropa DAX Jerman naik 0,6% dan FTSE 500 turun tipis 0,2%. Sementara di AS DJIA naik 0,69% dan S&P 500 naik 0,44%. Pagi ini bursa Asia dibuka melemah, indeks Nikkei turun 1,25% (pukul 09.10 WIB).

Pada hari Jumat, PBOC menetapkan acuan Yuan dengan penguatan secara harian yang terbesar sejak November, yaitu penguatan harian sebesar 0,52%. Langkah ini mengikuti penguatan mata uang global pasca-pernyataan dovish the Fed terhadap ekspektasi kenaikan Fed Fund rate. PBOC menetapkan Yuan pada level CNY6,4628 per USD. Mata uang Yuan telah menguat hingga level tertingginya sejak Desember lalu. Rata-rata mata uang di Asia menguat terhadap USD pasca-keputusan the Fed rabu lalu. US dollar index melemah 1,2%.

Otoritas China tengah mempertimbangkan untuk menerapkan transaction tax terhadap perdagangan nilai tukar Yuan. Hal  ini dimaksudkan untuk mengurangi aksi spekulasi terhadap mata uang Yuan. Proposal yang tengah dibahas ini kurang lebih menyerupai Tobin tax, yaitu skema pengenaan pajak terhadap transaksi nilai tukar yang pertama kali dikenalkan oleh ekonom Harvard dan Yale University, James Tobin, pada tahun 1972. Dengan mekanisme ini, pengenaan pajak dalam jumlah kecil, akan mengurangi aksi spekulasi nilai tukar. China menyebutkan bahwa langkah ini tidak dimaksudkan untuk mencari sumber pendanaan baru, namun lebih untuk mengurangi spekulasi.

Chief ekonom ECB, Peter Praet, hari jumat kemarin menyebutkan bahwa tingkat bunga ECB dapat diturunkan lebih jauh. Selain itu Peter juga menyebutkan bahwa ECB mempertimbangkan penerapan kebijakan “helicopter money“, yaitu kebijakan pemberian stimulus dalam bentuk uang langsung kepada masyarakat dibanding melalui pinjaman bank atau pembelian aset.

Dari AS, data sentimen konsumen di bulan Maret turun ke level 90,0, dibandingkan bulan Februari yang tercatat di level 91,7. Meskipun pelaku pasar tidak mengantisipasi adanya regresi, namun ekonomi juga diperkirakan tidak cukup kuat untuk menembus level pertumbuhan ekonomi sebesar 2,4%.

CNN melaporkan bahwa institusi pemerintah baik bank sentral maupun SOEs, telah melakukan penjualan UST dalam jumlah yang cukup signifikan beberapa bulan terakhir. Pada bulan Januari terjadi penjualan UST sebanyak USD57,2 miliar, naik dari USD48 miliar di bulan Desember, dan tercatat sebagai penjualan terbesar bulanan sejak 1978. Banyak Negara melikuidasi assetnya untuk menstimulasi ekonominya di tengah pelambatan ekonomi global dan rendahnya harga komoditas. Penjualan tersebut tidak berdampak signifikan terhadap yield UST, karena banyak investor di AS yang siap membeli UST. Pemerintah AS pun siap membeli kembali UST dengan mencetak uang dolar.

Harga minyak dunia ditutup melemah meskipun pejabat OPEC menyebutkan bahwa OPEC dapat membatasi produksi minyak meskipun Iran tidak menunjukkan keinginan untuk bekerjasama. Baker Hughes melaporkan kenaikan kilang minyak US sebanyak 1 unit menjadi 387 unit, mengakhiri rentetan penurunan jumlah kilang minyak US. Pada perdagangan kemarin, WTI crude Nymex untuk pengiriman April turun USD0,76 (1,9%) ke level USD39,44 per barrel. Sementara Brent crude London’s ICE untuk pengiriman Mei turun USD0,34 (0,8%) ke level USD41,20 per barrel.

Yield UST turun karena pelaku pasar melihat fundamental ekonomi masih belum cukup solid. Yield UST 10 year turun 3 bps ke level 1,87%. Sementara UST 30 year turun 2 bps ke level 2,67%. Sejak awal tahun ini, yield UST 10 year telah turun 40 bps (akhir tahun lalu 2,27%). Sementara di Jerman, yield German Bunds tenor 10 tahun turun 2 bps ke level 0,21%.

Pasar SUN ditutup sedikit melemah, yield SUN seri benchmark tenor 10 tahun naik 3 bps ke level 7,66%. Yield SUN tenor 10 tahun telah turun 108 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 8,74%. IHSG ditutup stabil, relatif tidak bergerak dibandingkan hari sebelumnya di level 4.885,7. Year to date IHSG membukukan peningkatan indeks sebesar 6,37% (IHSG akhir tahun lalu sebesar 4.593,00). Asing membukukan net buy sebesar Rp0,7 triliun sehingga year to date asing membukukan net buy sebesar Rp4,6 triliun. Sementara itu, nilai tukar Rupiah melemah Rp42 ke level Rp13.117 per dolar AS. NDF Rupiah 1M melemah Rp102 ke level Rp13.146 per USD. Persepsi risiko turun, dengan turunnya CDS spread 5Y sebesar 9 bps ke level 181. CDS spread telah turun 49 bps dari akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 230 bps. (*)

Penulis adalah staf Wakil Ketua DK OJK

Related Posts

News Update

Top News