Catat! Sederet Tantangan yang Dihadapi Perusahaan dalam Menerapkan Crowdsourcing

Catat! Sederet Tantangan yang Dihadapi Perusahaan dalam Menerapkan Crowdsourcing

Jakarta – Crowdsourcing merupakan metode yang digunakan perusahaan untuk memperoleh berbagai macam kebutuhan melalui bantuan dari orang-orang. Bantuan-bantuan ini datang dari daerah atau bahkan negara lain.

Dengan menerapkan crowdsourcing, perusahaan bisa memangkas biaya, hingga mempercepat pengembangan produk dan inovasi. Meskipun begitu, ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi oleh perusahaan yang hendak menerapkan sistem crowdsourcing. Salah satunya adalah standarisasi.

David Soong, CEO SweetEscape, perusahaan startup yang menyediakan jasa foto di berbagai negara, berujar kalau mereka harus mencari kriteria fotografer, yang nantinya akan menjadi mitra, sesuai dengan perusahaan. Misalnya, memastikan bahwa mereka bisa berbahasa Inggris. Namun, hal tersebut selalu mudah.

Baca juga: Perusahaan Simak! Ini yang Perlu Dilakukan Cegah Kebocoran Data

“Kita banyak banget dapet fotografer bagus-bagus di Jepang, tapi bahasanya, bahasa Inggrisnya nggak lulus. Yang di Rusia juga, bahasa bisa jadi kendala. Waktu kita hiring mereka ke dalam tim kita, bahasa jadi kendala,” kata David pada Kamis, 6 Juni 2024.

Menurutnya, sangat penting untuk mencari mitra yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Meskipun nantinya mereka akan mendapat pelatihan lagi, David berujar kalau proses rekrut akan sangat penting untuk mengetahui kepribadian mitra, karena apa yang mitra lakukan tidak bisa sepenuhnya disupervisi perusahaan.

“Karena 100% pengerjaan pemotretannya tidak disupervisi oleh kami. Jadi pemilihan orangnya sangat penting. Biarpun setelah dipilih ada training-trainingnya, kita ada trainingnya, postingnya dan lain-lain, file uploadnya dan lain-lain,” tambahnya.

Namun, ada kalanya perusahaan-perusahaan memperoleh mitra yang ternyata tidak sesuai dengan harapan. Mereka bisa saja memberikan pelayanan yang tidak sejalan dengan prinsip perusahaan. Maka, sebelum ini terjadi, penting bagi perusahaan untuk melakukan manajemen risiko.

Baca juga: Perkuat Tata Kelola Perusahaan yang Baik, ID Food Dukung ‘Bersih-Bersih’ BUMN

Ini diungkapkan langsung oleh Ardyanto Alam, CEO Garasi.id, startup yang bergerak di bidang pelayanan otomotif. Dalam perusahaannya, ia selalu berusaha agar meminimalisir risiko terjadinya ketidakpuasan terhadap pelanggan. Caranya bisa dengan melakukan pelatihan terhadap mitra dan memanfaatkan teknologi.

“Kita memitigasi dengan teknologi dan sistem, agar siapapun dan dimanapun inspekturnya, yang sudah menjadi rekan crowdsource kami, partner kami, dia harus mengikuti kurikulumnya Garasi,” papar Ardy.

Menurut Ardy, Garasi sudah memiliki standard operating procedure (SOP) tersendiri. Mitra-mitra Garasi hanya perlu mengikuti SOP tersebut. Setidaknya, ini bisa mencegah konsumen agar tidak benar-benar dikecewakan oleh mitra.

“Kita bikin mereka mudah agar tidak sampai membuat kesalahan yang fatal. Ibaratnya, pilihannya cuma merah, kuning, hijau. Kemudian, di mana dia harus ngasih notes atau catatan, ada di situ juga,” timpalnya.

Tantangan terakhir yang patut diwaspadai datang dari crowdsourcing itu sendiri. Para mitra yang bekerja sama bisa saja tidak merasa puas dengan apa yang mereka terima dari perusahaan.

CEO Dekoruma Dimas Harry menambahkan, startup yang menjalankan bisnis dekorasi interior rumah, pihaknya selalu berusaha bersikap adil terhadap mitranya. Sebagai contoh, Dekoruma tidak pernah meng-klaim portofolio dari desainernya. Namun, mereka siap menjadi yang terdepan menghadapi konsumen jika ternyata, desainer ini tidak sesuai dengan kemauan mereka.

“Semua bisnis kan begitu. Padahal yang ngerjain siapa, terus ya, yang kena siapa. Jadi, itu mungkin igu kewajiban sebagai PT dan platform untuk bisa, melindungi customer dan juga melindungi teman-teman penyedia jasa, atau kita ngomongnya, crowdsource-nya,” ungkap Dimas.

“Jadi, idealismenya kita bebaskan mereka berkreasi, yaitu milik kamu, portofolio kamu. Kan ada juga yang gak kerja sama di rumah lagi, dia bisa CV-nya itu, ya memang proyek-proyeknya dia. Kita gak meng-klaim itu projek kami,” tutupnya. (*) Mohammad Adrianto Sukarso

Related Posts

News Update

Top News