Jakarta – Tahun ini PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) emiten beton precast akan menutup akhir tahun ini dengan membukukan cash flow operasional positif yang signifikan, setidaknya sekitar Rp1,1 triliun (dibandingkan 2017 minus Rp2,4 triliun dan 2016 minus Rp3 triliun). Kondisi ini menjadi modal yang kuat bagi WSBP di tahun depan.
Hal ini disebabkan karena rasio posisi utang berbunga terhadap modal WSBP yang masih sebesar 0,77x, masih jauh dari batas yang ditentukan sebesar 2,5x.
Dengan besaran ekuitas per 9M 2018 sebesar Rp7,45 triliun, WSBP masih memiliki kapasitas ruang pendanaan yang besar.
Direktur Keuangan PT Waskita Beton Precast Tbk, Anton YT Nugroho menjelaskan kondisi keuangan perusahaan semakin prima dengan melihat pencapaian di akhir tahun ini.
“Saat ini penerimaan termin yang sudah masuk mencapai Rp9,8 triliun, kami terima lagi sampai akhir tahun ini sebesar Rp1,6 triliun lagi, total sekitar Rp11,4 triliun. Jadi tahun ini arus kas dari operasional akan surplus besar,“ ungkapnya di Jakarta, Selasa, 18 Desember 2018.
Baca juga: WSBP Cetak Laba Rp892,32 Miliar Hingga Agustus 2018
Tahun ini WSBP telah menuntaskan proyek Tol Becakayu yang merupakan proyek turnkey pertama WSBP. Proyek turnkey memiliki margin yang lebih besar dibandingkan non-turnkey namun sebagai kompensasinya kontraktor harus siap pendanaan sampai proyek selesai.
Penyelesaiaan proyek Becakayu tersebut membuktikan bagaimana WSBP memiliki kemampuan dan manajemen pendanan yang sangat baik, inilah yang membuat margin WSBP jauh melampaui emiten di sektor precast dan jasa konstruksi lainnya.
Saat ini WSBP masih menyisakan 2 proyek turnkey yaitu proyek jalan tol Krian-Legundi-Bunder-Manyar (KLBM) dan Cimanggis – Cibitung. Pembayaran termin KBLM sudah terealisasi sebesar Rp665 miliar (dari nilai ini sebesar Rp250 miliar merupakan pembayaran turnkey), dan akhir bulan Desember ada realisasi pembayaran lagi sebesar Rp1,6 triliun dan sisanya tahun depan.
Begitu juga untuk Cimanggis – Cibitung terealisasi pada tahun depan dengan pembayaran termin sebesar sekitar Rp2,6 triliun atau 100%. (*)