Jakarta – Setiap investor pasti ingin mencapai tujuan keuangannya sesuai dengan target waktu masing-masing agar bisa cuan. Untuk itu, investor disarankan untuk mengatur ulang portofolio investasi ketika terjadi perubahan di pasar agar memastikan komposisi portofolio kembali ke tingkat yang sesuai dengan rencana investasi di awal.
Atur portofolio investasi sangat penting. Apalagi, kenaikan suku bunga global yang diperkirakan sudah mendekati puncaknya pada paruh kedua tahun ini dan PDB Indonesia pada Q2 2023 sebesar 5,17% diharapkan dapat mendukung sentimen yang lebih positif di pasar finansial.
Baca juga: Milenial Wajib Tahu! Perhatikan Ini Dulu Sebelum Investasi Kripto
Nah, dalam kondisi seperti ini, bagaimana cara yang tepat untuk menata ulang atau atur portofolio investasi agar cuan?
Diversifikasi portofolio
Saat menyusun portofolio, maka isinya harus disesuaikan dengan toleransi risiko yaitu pemilihan aset berdasarkan kinerja yang diharapkan, jangka waktu investasi dan kebutuhan akan likuiditas.
Dengan demikian, isi dan komposisi portofolio masing-masing orang bisa berbeda-beda, mulai dari saham, obligasi, reksa dana, deposito, kas dan setara kas, properti, hingga benda seni, dan lain-lain.
Diketahui, diversifikasi isi portofolio sangat penting dilakukan untuk meningkatkan imbal hasil secara keseluruhan lewat kinerja yang lebih stabil dari waktu ke waktu.
Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Krizia Maulana mengatakan, kombinasi berbagai jenis aset dengan tingkat korelasi yang rendah akan memberikan kinerja portofolio yang lebih optimal dengan tingkat risiko yang lebih rendah.
Sebab kata dia, setiap kelas aset memiliki perilaku kinerja yang berbeda di setiap siklus ekonomi, ketika satu area dalam portofolio sedang berkinerja buruk, diharapkan dampaknya lebih terbatas, terbantu oleh aset yang kinerjanya sedang baik.
“Tentunya akan lebih ideal jika seluruh kelas aset di dalam portofolio mampu memberikan imbal hasil yang optimal. Namun kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di pasar,” ujarnya, dikutip Rabu (6/9).
Baca juga: Obligasi jadi Aset Investasi Paling Diminati Nasabah DBS Treasures, Ini Alasannya
Lakukan evaluasi rutin
Seiring berjalannya waktu, baik kondisi pasar finansial, pasar modal, maupun tujuan keuangan masing-masing investor bisa berubah. Oleh karena itu, pihaknya menyarankan untuk melakukan evaluasi portofolio investasi secara rutin, bisa berdasarkan waktu yang telah ditentukan.
“Misalnya saja, setiap enam bulan sekali, atau berdasarkan ambang batas ketika bobot portofolio sudah menyimpang dari target yang ditentukan di awal,” jelasnya.
Namun, jika terjadi kondisi luar biasa di pasar yang bisa berdampak pada investasi kita, maka lakukan evaluasi di luar jadwal atau lebih cepat dari jadwal. Hal ini penting dilakukan agar tujuan keuangan dapat tercapai sesuai jadwal.
Sesuaikan dengan tujuan dan profil risiko
Ketika melakukan evaluasi portofolio, lihat kinerja masing-masing jenis aset. Apakah sudah sesuai dengan target/rencana atau tidak? Selain itu, dengan pergerakan harga pasar, lihat apakah komposisi portofolio masih sesuai dengan toleransi risiko kita atau sudah berubah ?
Secara singkat, profil risiko dibagi menjadi tiga, yaitu konservatif, moderat, dan agresif. Investor dengan profil risiko konservatif/ moderat disarankan untuk melakukan penempatan investasi dengan bobot yang lebih dominan pada reksa dana pasar uang atau reksa dana pendapatan tetap, dan sedikit alokasi di reksa dana saham yang berfungsi sebagai booster.
Sedangkan, bagi investor dengan profil risiko agresif disarankan untuk melakukan penempatan yang lebih dominan di reksa dana saham dan sedikit alokasi di reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana pasar uang sebagai penyeimbang.
Dikatakan Krizia, dalam reksa dana saham sendiri, manajer investasi membagi pengelolaannya dalam dua strategi, yaitu strategi core dan strategi high conviction.
Pada reksa dana dengan strategi core pemilihan aset dasar dilakukan dengan melakukan analisa makro ekonomi terlebih dahulu, menentukan pilihan sektoral kemudian baru diikuti dengan pilihan saham dengan potensi kinerja terbaik. Pemilihannya tidak berdeviasi jauh dari indeks acuan.
Sedangkan pada strategi high conviction konstruksi portofolionya langsung terfokus pada pemilihan saham dengan potensi kinerja terbaik, sehingga deviasi terhadap indeks acuan cenderung lebih besar.
Baca juga: Instrumen Investasi SRBI Bakal jadi Saingan SBN? Begini Jawaban BI
Menurutnya, masing-masing strategi memiliki karakteristik yang berbeda. Strategi high conviction dengan deviasi terhadap indeks acuan yang lebih lebar cenderung menunjukkan volatilitas lebih tinggi dibandingkan strategi core – high risk high return.
“Strategi high conviction lebih cocok bagi investor dengan profil risiko agresif dan telah memiliki pengetahuan cukup terkait investasi di pasar saham,” pungkasnya.
Sebagai gambaran untuk investor untuk masing-masing kelas reksa dana, reksa dana pasar uang Manulife Dana Kas II (“MDK II”) Kelas A memberikan imbal hasil sebesar 2,04% YTD (per akhir Juli 2023).
Di periode yang sama, reksa dana pendapatan tetap Manulife Obligasi Negara Indonesia II (“MONI II”) Kelas A memberikan imbal hasil 6,11%, dan reksa dana saham Manulife Dana Saham (“MDS”) Kelas A memberikan imbal hasil 2,97%.