Jakarta – Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) terus mendorong potensi produk dari Desa Devisa di Jawa Timur agar menembus pasar ekspor.
Pada Akhir Januari 2024 lalu, LPEI dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur membuat tiga cluster baru Desa Devisa di Bojonegoro dan Gresik dengan fokus produk kerajinan home decor, produk rotan, dan kerupuk.
Kepala Divisi Jasa Konsultasi LPEI, Ilham Mustafa mengatakan, kolaborasi antara LPEI dan Pemprov Jawa Timur menciptakan peluang besar bagi para perajin dan mitra binaan di Bojonegoro dan Gresik.
Hal ini untuk meningkatkan daya saing produk lokal untuk berani mendunia menuju pasar ekspor dan memiliki dampak sosial, lingkungan, dan berkelanjutan
“Program ini mencerminkan komitmen bersama LPEI dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam mendukung pertumbuhan ekonomi lokal dan mengangkat potensi produk unggulan Indonesia ke pasar dunia,” katanya, dalam keterangan tertulis, dikutip Senin, 12 Februari 2024.
Baca juga: Dukung Ekspor Gerbong Kereta, LPEI Suntik Pembiayaan ke INKA
Diketahui, dalam program tersebut LPEI akan melakukan pendampingan dan penyuluhan kepada 640 perajin dari 22 desa di Bojonegoro dan Gresik, yang tercakup dalam tiga cluster Desa Devisa.
Pendampingan program Desa Devisa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan memperluas akses pasar tujuan ekspor hingga akhirnya dapat mendorong peningkatan pendapatan masyarakat desa tersebut.
Berdasarkan data pihaknya, lebih dari 70 persen dari para perajin yang terlibat dalam program ini adalah perempuan, memberikan dukungan yang kuat terhadap peran perempuan dalam pengembangan ekonomi lokal.
Dengan mengidentifikasi potensi ekspor pada tiga produk tersebut, LPEI melalui program Desa Devisa memberikan serangkaian pelatihan dan pendampingan terhadap UKM Ekspor, perajin, dan mitra binaan agar bisa menembus pasar ekspor.
Klaster Bojonegoro dan Gresik
Klaster Desa Devisa Bojonegoro sendiri terletak di Kecamatan Kasiman, menghasilkan kerajinan home decor unik dari limbah kulit jagung yang diolah oleh 65 perajin.
Para perajin yang sebagian besar ibu-ibu mendapatkan pelatihan untuk mengolah limbah kulit jagung menjadi berbagai produk kerajinan seperti lamp sheet, wall decor, dan cermin dinding hias.
Dalam satu bulan, para perajin menghasilkan berbagai produk home decor hingga 5.000 barang per bulan dengan harga jual antara Rp40.000 – Rp200.000 per produk. CV Grandis Home sebagai mitra binaan LPEI akan menyerap hasil kerajinan untuk dijual ke pasar ekspor di Belanda dan Korea Selatan.
Sementara Desa Devisa Rotan di Gresik berpusat di Desa Domas yang telah terkenal memproduksi kerajinan rotan seperti kursi, meja, dan produk anyaman lainnya sejak 1994.
Di sana, sekitar 350 perajin, di mana 70 persen diantaranya perempuan, memproduksi berbagai kerajinan rotan sesuai keinginan pembeli, baik itu dari segi desain modern maupun klasik.
Produk ini dipasarkan oleh Koperasi Produsen Kriya Giri Sejahtera yang menjadi mitra binaan LPEI untuk memasarkan produk hingga ekspor ke Jepang.
Baca juga: Pemerintah Bidik 12 Negara Tujuan Ekspor Baru, Mulai dari Amerika Latin Hingga Timur Tengah
Program ketiga adalah Desa Devisa Kerupuk Ikan yang dikelola oleh BUMDes Pahala di Sidayu, Gresik, Jawa Timur. Sekitar 225 perajin kerupuk di BUMDes Pahala mengolah ikan segar menjadi kerupuk.
Untuk menjaga kualitas dan rasa kerupuk, perajin menggunakan komposisi ikan lebih banyak, untuk satu kilogram kerupuk dibutuhkan dua kilogram ikan segar.
Pendampingan LPEI kepada Desa Devisa Kerupuk Ikan menargetkan untuk menembus pasar ekspor ke Thailand, Malaysia, dan Belanda dalam waktu dekat. (*)
Editor: Galih Pratama