Jakarta – Kaum muda, terutama milenial dan generasi Z (gen Z), menghadapi berbagai tantangan keuangan, mulai dari ekspektasi penghasilan yang tidak selaras dengan kebutuhan hingga membangun kebiasaan untuk menjaga keberlanjutan dan mencapai tujuan keuangan mereka.
Hal itu mengemuka dalam acara talk show Jagoan Kampus: Tips Kelola Uang dan Merintis Karier di Era Digital yang diadakan di Fakultas Komunikasi Universitas Padjadjaran atau Unpad, Bandung, Kamis (26/9).
Event ini menghadirkan pembicara Value Proposition Manager PT Bank Jago Tbk, Muhammad Pandu, dan Employee Branding Engagement Specialist Bank Jago, Dwi Gelegar Gilang Ramadhan.
Sebagai bank berbasis teknologi (tech-based bank) yang memiliki aspirasi untuk meningkatkan kesempatan tumbuh berjuta orang melalui solusi keuangan digital, Bank Jago mengajak ratusan mahasiswa Unpad untuk mencari solusi dalam permasalahan keuangannya.
Baca juga: Bibit dan Jago Ajak Curhat Keuangan untuk Tingkatkan Kesadaran Berinvestasi
Muhammad Pandu menyampaikan, permasalahan klasik dari sebagian besar anak muda adalah kurang bijak dalam pengelolaan keuangan, dan juga kepedulian terhadap kesehatan finansial masih rendah.
“Kita harus berani mengatakan tidak dan tahu skala prioritas sebelum kita fokus pada hal lain yang sebenarnya tak masalah jika belum terlaksana saat ini,” ujarnya, dikutip pada Selasa, 1 Oktober 2024.
Empat level kedewasaan uang
Berdasarkan riset Bank Jago, terdapat empat level kedewasaan finansial manusia yang diukur berdasarkan fokus keuangannya. Level pertama adalah financial security, yakni aman secara finansial untuk membiayai kebutuhan dasar pribadi, seperti untuk makan, bayar sewa hunian, atau bayar listrik dan telepon.
Level kedua adalah financial resilience, yakni memiliki ketahanan keuangan yang lebih baik karena penghasilannya tak hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tetapi juga tersedia dana siaga ketika menghadapi kejadian tak terduga.
“Level berikutnya adalah financial control atau memiliki kendali finansial. Punya penghasilan sendiri sehingga tidak lagi bergantung pada orang lain. Biasanya, mulai punya tabungan jangka panjang,” jelas Pandu.
Level terakhir adalah financial freedom atau memiliki kebebasan secara finansial. “Pada level ini umumnya masalah finansial sudah teratasi, punya dana pensiun dan dapat membahagiakan orang sekitar,” tandasnya.
Baca juga: Perbankan Masih Hadapi Kendala Integrasi Analisis Tingkat Lanjut
Untuk itu, Bank Jago mengembangkan Aplikasi Jago yang isinya dapat disesuaikan dan dipersonalisasi sesuai kebutuhan masing-masing nasabah dan tujuan keuangan mereka. Dalam mengelola keuangan, Aplikasi Jago menggunakan fitur bernama Kantong (Pockets).
Pandu menjelaskan bahwa fungsi Kantong serupa dengan amplop yang dahulu digunakan untuk alokasi uang. Nasabah dapat memisahkan uang ke dalam pos-pos yang berbeda sesuai kebutuhan, keinginan, serta tujuan keuangannya.
“Pengguna Aplikasi Jago dapat membuat hingga 60 kantong, yang memiliki nomor rekening masing-masing untuk setiap kantongnya. Ini memudahkan kita untuk mengatur dana masuk dan keluar langsung dari kantong yang diinginkan. Jadi alokasi dana tidak bercampur dan mempermudah kita untuk mencapai tujuan keuangan sesuai kemauan yang kita,” ungkap Pandu.
Baca juga: Bank Jago Jadi Inovator Terbaik RI Melalui Konsep Responsible Lending
Keunikan lainnya, Aplikasi Jago bisa tertanam di berbagai ekosistem digital atau aplikasi digital yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, seperti ekosistem GoTo (Gojek, GoPay, Tokopedia-TikTok) dan ekosistem platform investasi digital Bibit dan Stockbit.
Pandu menuturkan bahwa kolaborasi dan integrasi dengan ekosistem ini, selain mempermudah akses layanan digitalnya, juga mempermudah pengguna untuk mengelola keuangan dan berinvestasi secara mudah, cepat, dan seamless.
Tantangan kerja di era digital
Dalam acara yang sama, Dwi Gelegar Gilang Ramadhan menyampaikan tantangan yang dihadapi kaum muda dalam dunia kerja. Menurutnya, hampir semua industri melakukan inovasi produk dan layanan seiring dengan kebutuhan konsumen di era yang serba digital. Maka kebutuhan talenta yang mengerti dan ahli di bidang digital semakin meningkat.
“Kalau kita lihat trennya, yang lebih dibutuhkan industri saat ini adalah SDM-SDM (sumber daya manusia) yang punya kemampuan berpikir analitis dan kreatif, punya daya tahan dan fleksibilitas, serta agile atau mampu beradaptasi terhadap perubahan yang serba cepat,” ungkap Gilang.
Baca juga: Growth Summit 2024: Menjawab Tantangan Industri Keuangan dan Perbankan di Era Digital
Ia menilai generasi muda memiliki tantangan serius dalam menyiapkan dirinya untuk memasuki dunia kerja yang semakin kompetitif. Untuk itu Bank Jago terpanggil untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam membangun bank berbasis teknologi dengan membuat program pembelajaran mandiri Jago Digital Academy.
Jago Digital Academy adalah sebuah wadah untuk membantu para digital talent mengembangkan pengetahuan dan kemampuan mereka sesuai kebutuhan dunia usaha keuangan digital. Melalui Jago Digital Academy, Bank Jago ingin meningkatkan relevansi dari materi yang diajarkan kampus dengan kebutuhan industri. (*)