oleh Agung Galih Satwiko
PASAR saham di Asia kemarin naik, dipicu oleh ekspektasi bahwa Pemerintah Jepang akan melakukan intervensi terhadap menguatnya nilai tukar Yen. Indeks Nikkei Jepang naik 2,2%, sementara indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,4%. Di Eropa, FTSE 100 Inggris naik 0,7%, dan S&P 500 di AS naik 1,3%.
Posisi cadangan devisa Indonesia akhir April 2016 tercatat sebesar US$107,7 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir bulan sebelumnya yaitu US$107,5 miliar. Peningkatan tersebut dipengaruhi penerimaan cadangan devisa yang terutama berasal dari hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) dan penerimaan lainnya. Posisi cadangan devisa per akhir April 2016 tersebut cukup untuk membiayai 8,1 bulan impor atau 7,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Menteri Keuangan Jepang Taro Aso kemarin menyatakan bahwa adalah hal yang lumrah apabila Pemerintah melakukan intervensi terhadap nilai tukar Yen apabila nilai tukar Yen terlalu kuat terhadap USD. Permasalahan utama di sektor pasar saham Jepang belakangan ini adalah kuatnya Yen, yang memukul perusahaan Jepang berbasis ekspor. Pascakomentar Taro Aso, Yen melemah dari JPY108,4 per USD menjadi JPY109,3 per USD.
Sementara di Filipina, pasca-perhitungan suara sementara pemilihan presiden yang memenangkan Roberto Duterte, pasar saham Filipina naik 2,6%, kenaikan harian terbesar sejak tanggal 27 Januari. Pelaku pasar optimis akan kepemimpinan Duterte, meskipun masih akan menunggu tim ekonomi dan program ekonomi Filipina.
Inflasi (headline CPI) di China untuk bulan April 2016 tercatat sebesar 2,3% yoy, relatif tidak berubah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya. Sementara itu inflasi di tingkat produsen (PPI – Purchasing Price Index) tercatat minus 3,4% (deflasi). PPI di China telah berada dalam teritori negatif dalam empat tahun terakhir. Realisasi inflasi yang di bawah target batas inflasi 3% tahun ini menyediakan ruang yang cukup bagi PBOC untuk melanjutkan kebijakan moneter yang longgar. Pertumbuhan ekonomi China Q1 2016 tercatat sebesar 6,7%, terendah sejak 2009.
Dari Eropa data pertumbuhan produksi industri (industrial production) di Jerman dan Perancis bulan Maret turun masing-masing 1,3% dan 0,3% dibanding bulan sebelumnya. Namun data ekonomi yang mengecewakan ini tidak membuat pasar saham Eropa turun, karena di sisi lain terobosan yang dicapai dalam perundingan bailout Yunani dan juga laporan laba perusahaan Credit Suisse AG dan Volkswagen yang di atas ekspektasi membuat harga saham secara umum naik.
Sementara itu data neraca perdagangan UK pada triwulan 1 tahun ini tercatat defisit sebesar GBP23,9 miliar atau sekitar USD34,5 miliar. Defisit ini terus melebar, dan membuat pendukung Brexit mendapat dorongan karena dengan keluarnya UK dari EU akan membuat UK memiliki kesepakatan perdagangan yang lebih baik dan lebih adil dengan EU.
Dari AS, pasca data tambahan jumlah pekerja di AS yang mengecewakan akhir minggu lalu, kemarin Departemen Tenaga Kerja AS merilis data jumlah lowongan pekerjaan di AS yang naik menjadi sebanyak 5,76 juta lowongan pada bulan Maret, dibandingkan lowongan pekerjaan pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,61 juta. Data ini cukup positif karena perusahaan tampak terus berupaya menarik pegawai dan tampaknya tidak terlalu terpengaruh oleh gejolak di pasar keuangan.
Harga minyak dunia ditutup naik. Pelaku pasar mempertimbangkan dampak jangka pendek dari kebakaran di Kanada dan pergantian menteri perminyakan di Arab Saudi (Khalid al-Falih menggantikan Ali al-Naimi), dan juga mempertimbangkan dampak jangka panjang dari rencana produksi minyak Arab Saudi serta output produksi AS. Harga WTI crude Nymex untuk pengiriman Juni naik USD1,2 (2,8%) ke level USD44,7 per barrel. Sementara Brent crude London’s ICE untuk pengiriman Juli naik USD1,9 (4,3%) ke level USD45,5 per barrel.
Yield UST tidak bergerak. Penerbitan obligasi korporasi yang cukup diminati investor sehingga membuat yield UST naik, dinetralisasi dengan penjualan UST melalui lelang yang cukup banyak peminatnya sehingga membuat yield turun. Secara net, yield UST ditutup tidak berubah. Yield UST 10 tahun tetap di level 1,76%. Sejak awal tahun ini, yield UST 10 tahun telah turun 51 bps (akhir tahun lalu 2,27%). Sementara itu yield UST 30 juga tetap di level 2,61%.
Pasar SUN ditutup melemah, yield SUN tenor 10 tahun naik 3 bps ke level 7,85%. Yield SUN tenor 10 tahun telah turun 95 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 8,74%. Sementara itu hasil lelang SUN kemarin cukup mengecewakan. Permintaan investor minim, yaitu hanya mencapai Rp13,4 triliun. Jauh di bawah lelang sebelumnya yang mencapai Rp24,4 triliun. Pemerintah memenangkan lelang sebesar Rp6,15 triliun, di bawah target yang ditetapkan yaitu sebesar Rp12 triliun. WAY SPN 12 bulan yang dilelang kemarin tercatat sebesar 6,23%.
IHSG ditutup naik 14 poin (0,3%) ke level 4.763. Investor asing membukukan net sell sebesar Rp102 miliar, sehingga year to date investor asing membukukan net buy sebesar Rp2,3 triliun. Sejak awal tahun, IHSG membukukan peningkatan indeks sebesar 3,7% (IHSG akhir tahun lalu sebesar 4.593,00). Sementara itu, nilai tukar Rupiah menguat Rp28 ke level Rp13.286 per Dolar AS. CDS 5 tahun turun (persepsi risiko turun) 5 bps ke level 186 bps. CDS Indonesia 5 tahun telah turun 44 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 230 bps. (*)
Penulis adalah staf Wakil Ketua DK OJK