Bursa Asia Kompak Melemah, Analis Ungkap Penyebabnya

Bursa Asia Kompak Melemah, Analis Ungkap Penyebabnya

Jakarta – Pada perdagangan pagi ini (4/9) bursa saham Asia terpantau menurun sangat tajam, yang terlihat dari indeks Nikkei 225 Index Tokyo yang turun 3,31 persen.

Selain itu, Straits Times Index Singapore juga mengalami penurunan hingga 1,45 persen, diikuti Hang Seng Index Hong Kong yang melemah 1,08 persen, dan Shanghai Composite Index yang turun 0,45 persen.

Penurunan itu juga sejalan dengan bursa Wall Street, di mana indeks Dow Jones sempat turun 1,51 persen, S&P 500 melemah 2,12 persen, hingga Russel 2000 yang turun 3,09 persen.

Baca juga: IHSG Cetak Rekor Baru, Ini 10 Saham yang Paling Cuan

Pilarmas Investindo Sekuritas, menyebutkan pergerakan yang terkoreksi tersebut akibat dari adanya perubahan narasi dan aksi profit taking sebelum memasuki pergerakan pasar hingga akhir tahun.

Narasi itu terkait dengan kekhawatiran bahwa pertumbuhan ekonomi akan meleset dari yang diproyeksikan, perlambatan ekonomi kian semakin berpotensi terjadi dan indeks PMI Manufacturing menjadi perhatian. Turunnya harga minyak dikarenakan adanya kekhawatiran bahwa permintaan global akan melemah.

“Menurut kami kekhawatiran tersebut hanyalah sebuah alasan untuk mendorong pasar mengalami penurunan, karena data yang terakhir dari Amerika Serikat (AS) justru menunjukkan sebuah perbaikan, di mana ISM Manufacturing naik dari sebelumnya 46.8 mejadi 47.2, ISM Prices Paid juga naik dari sebelumnya 52.9 menjadi 54,” ucap Pilarmas dalam risetnya di Jakarta, 4 September 2024.

Baca juga: Permudah Investor Pilih Saham Profit, BEI dan Infovesta Luncurkan IDX-Infovesta Multi-Factor 28

Meskipun pada kenyataannya, indeks PMI Manufacturing kembali mengalami penurunan tipis dari sebelumnya 48 menjadi 47.9, dan ditambah US New Orders pun mengalami penurunan dari sebelumnya 47.4 menjadi 44.6.

Penurunan tersebut membuat pasar khawatir, bahwa The Fed akan tergesa-gesa untuk menurunkan tingkat suku bunga agar resesi tidak terjadi. Sebelumnya, data ekonomi yang disampaikan memang harus mengalami penurunan agar The Fed dapat menurunkan tingkat suku bunga. (*)

Editor: Galih Pratama

Related Posts

News Update

Top News