Jakarta – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan, ada beberapa tantangan yang akan dihadapi pasar modal Indonesia di tahun 2018, baik dari domestik maupun global.
Dari sisi domestik terkait Pilkada dan Asean Games, sedangkan global yakni datang dari kebijakan pasar saham Tiongkok dan Arab Saudi.
“Jadi Tiongkok akan membuka saham seri A di Shanghai dan Beijing, sehingga ada kemungkinan Morgan Stanley Capital International (MSCI) terdilusi atau penurunan persentase kepemilikan. Kalau mereka buka total, bisa naik 15 peren,” kata Direktur Utama BEI, Tito Sulistio, ditemui di Gedung BEI, SCBD Sudirman, Jakarta, Kamis, 28 Desember 2018.
Untuk tantangan di Arab, Tito menekankan, itu juga sangat memberikan sentimen ke pasar modal Indonesia di tahun depan. Sebab, Arab bakal lebih membuka diri untuk mengundang investor ke pasarnya.
“Singapura juga akan membuka banyak perusahaan asing, jadi itu tantangan buat kita,” terang Tito.
Tantangan domestik, Tito tidak terlalu mengkhawatirkan. Karena, setelah ajang Pilkada dan Asian Games, ekonomi Indonesia akan kembali membaik. Meski begitu, bursa akan bekerja sebaik mungkin dengan memperkuat infrastruktur dan menambah produk.
Walaupun banyak tantangan yang akan menerpa pasar modal, Tito tetap percaya diri, jika bursa bisa merangkul kembali sebanyak 35 perusahaan untuk bisa IPO. Sepanjang tahun ini saja, sudah ada 36 emiten yang resmi IPO, dan akan tambah satu lagi perusahaan yang IPO pada Jumat, 29 Desember 2017.
”Kita juga akan kejar ketertinggalan market cap. Karena, market cap bursa terhadap GDP baru 47 persen, sedangkan banyak negara lain yang sudah lebih dari 100 persen,” pungkas Tito. (*)