Jakarta – Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia (BI) mengindikasikan volume penjualan properti residensial pada triwulan II 2019 tercatat mengalami kontraksi pertumbuhan -15,90% (qtq), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 23,77% (qtq).
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko menjelaskan, penurunan penjualan properti residensial disebabkan oleh penurunan penjualan pada rumah tipe kecil dan rumah tipe menengah.
“Menurut responden, beberapa faktor yang menyebabkan penurunan penjualan adalah melemahnya daya beli, suku bunga KPR yang cukup tinggi, dan tingginya harga rumah,” kata Onny melalui keterangan resminya di Jakarta, Senin 12 Agustus 2019.
Hasil survei menunjukkan bahwa pembiayaan pembangunan properti residensial oleh pengembang terutama bersumber dari non perbankan, tercermin pada pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dana internal pengembang yang mencapai 60,57%.
Sementara di sisi konsumen, pembelian properti residensial sebagian besar masih menggunakan fasilitas KPR sebagai sumber pembiayaan utama.
Tak hanya itu, perlambatan juga terjadi pada kenaikan harga properti residensial di pasar primer pada triwulan II 2019.
Hal ini tercermin dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada triwulan II 2019 yang tumbuh 0,20% (qtq), melambat dibandingkan 0,49% (qtq) pada triwulan sebelumnya.
Onny menyebut, melambatnya kenaikan harga properti residensial terjadi pada semua tipe rumah. Ke depan, kenaikan harga rumah diperkirakan meningkat pada triwulan III 2019 sebesar 0,76% (qtq). (*)
Editor: Rezkiana Np