Jakarta – PT Bukit Asam Tbk (PTBA) tetap menjaga kinerja yang positif di semester I-2023 dengan mencatatkan laba bersih sebesar Rp2,8 triliun.
Corporate Secretary PTBA, Niko Chandra, menyatakan bahwa pencapaian laba bersih sebesar Rp2,8 triliun itu didukung oleh peningkatan kinerja operasional Perseroan sepanjang semester I-2023.
“Total produksi batu bara PTBA pada semester I-2023 mencapai 18,8 juta ton, tumbuh 18 persen dibanding periode yang sama tahun 2022 yakni sebesar 15,9 juta ton,” ucap Niko dalam keterangannya di Jakarta, 29 Agustus 2023.
Kemudian di sisi lain, PTBA telah membukukan pendapatan sebesar Rp18,9 triliun atau tumbuh 2 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Sehingga, total aset perusahaan per 30 Juni 2023 menjadi sebesar Rp46,3 triliun lebih tinggi jika dibandingkan dengan total aset per 31 Desember 2022 yang tercatat sebesar Rp45,4 triliun.
Baca juga: Begini Upaya Bukit Asam (PTBA) Tekan Emisi Karbon
Kenaikan produksi tersebut seiring dengan kenaikan volume penjualan batu bara sebesar 19 persen menjadi 17,4 juta ton.
Tidak hanya Itu, PTBA juga mencatat penjualan ekspor sebesar 7,1 juta ton atau naik 37 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, sementara realisasi Domestic Market Obligation (DMO) tercatat sebesar 57 persen.
Meski begitu, Niko menambahkan bahwa, berbagai hal yang menjadi tantangan bagi Perseroan di tahun ini, diantaranya adalah adanya koreksi harga batu bara dan juga fluktuasi pasar.
“Harga batu bara ICI-3 menurun sekitar 48 persen dari USD138,5 per ton pada Juni 2022 menjadi USD72,63 per ton pada Juni 2023,” imbuhnya.
Sedangkan, dari sisi harga pokok penjualan malah mengalami peningkatan, diantaranya terjadi pada pada komponen biaya royalti, angkutan kereta api, dan jasa penambangan.
Adapun, melihat peluang dan juga tantangan yang terjadi tersebut, PTBA akan terus berupaya memaksimalkan potensi pasar di dalam negeri, serta peluang ekspor untuk mempertahankan kinerja positif.
“Perseroan juga konsisten mengedepankan cost leadership di setiap lini perusahaan, sehingga penerapan efisiensi secara berkelanjutan dapat dilakukan secara optimal,” tambah Niko. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra