Bali – Roger Kuo selaku Chief Executive Officer (CEO) salah satu perusahaan penyedia solusi keamanan transaksi sistem pembayaran terkemuka di wilayah Asia Pasifik, HiTrust, mengungkapkan data menarik perihal korban cyber crime.
Berdasarkan data yang pihaknya himpun, ditemukan bahwa 62,1 persen korban digital fraud pada sistem pembayaran menimpa generasi U-40 atau yang berusia di bawah 40 tahun.
Data dihimpun di Taiwan ini juga mengungkapkan bahwa 8 dari 10 korban ditargetkan oleh scammer melalui perangkat mobile atau pesan singkat.
“Saat kita bicara soal financial scam, kita berpikir akan terkait dengan para lansia. Namun, statistik berkata lain. Di Taiwan, 62 persen lebih korban berusia di bawah 40 tahun. Kelompok terbesarnya berusia di antara 20 sampai 23 tahun, sangat muda,” ucapnya pada acara “PRIMA Executive Gathering 2024” yang diadakan oleh Rintis Sejahtera di Sanur, Bali, Kamis, 24 Oktober 2024.
Baca juga: Marak Pencurian Data Digital, Sistem Ini Jadi Solusinya
Penyebab di Baliknya
Lebih lanjut, ia menerangkan penyebab di baliknya. Menurutnya, para senior atau mereka yang berusia lebih tua, tidak terlalu mengikuti perkembangan teknologi yang ada.
Ia mencontohkan ayahnya, yang tidak menggunakan online banking dan media sosial. Orang-orang di kelompok ini, menurutnya, membuat para fraudster lebih bekerja keras untuk melakukan scamming.
Namun, berbeda halnya dengan mereka para kawula muda berusia 18 hingga 30 tahun yang mendominasi masyarakat.
Penasaran Membuat Lebih Rentan Kena Scams
Ambisi untuk terus mengembangkan diri di tengah kemajuan teknologi membuat mereka lebih rentan terhadap cyber crime.
“Mereka sangat akrab dengan platform sosial. Mereka lebih terekspose terhadap hal itu (digitalisasi). Rasa penasaran dan keinginan untuk sukses membuat mereka lebih rentan terhadap tindakan scam,” tegasnya.
Ia mengungkapkan, banyak di antara para korban berusia muda itu seringkali tertipu dengan janji-janji palsu keuntungan tak masuk akal shopping deals dan high return investment.
Kondisi tersebut menjadikan Taiwan sebagai negara dengan kerugian akibat scam terbesar keempat di Asia. Total kerugiannya mencapai USD2,5 juta pada 2023, naik dari USD1,8 juta di 2022.
Baca juga: Transaksi Digital Melonjak 14 Kali Lipat, Ini Arahan Bank Indonesia
Untuk menghentikan atau setidaknya meminimalisir financial fraud secara digital, pihaknya menyarankan tiga langkah utama, yakni menekan jumlah fraud melalui pesan palsu, meningkatkan keamanan akun, dan memonitor transaksi yang mencurigakan.
Peran artificial intelligence (AI) pun bisa dimanfaatkan dalam menangani financial fraud.
Sekilas tentang Roger Kuo dan HiTrust
Sebagai informasi, Roger Kuo adalah sosok di balik kesuksesan HiTrust, sebuah perusahaan yang menjadi penyedia solusi keamanan transaksi sistem pembayaran terkemuka di wilayah Asia Pasifik.
HiTrust, yang bermarkas di Taipei dengan kantor cabang di Beijing, Hongkong, Shanghai, Singapore, dan Guangzhou ini, telah memantapkan posisinya sebagai salah satu pemimpin dalam industri keamanan digital dan perlindungan data, terutama untuk sektor pembayaran elektronik.
Di bawah kepemimpinan Kuo, HiTrust terus memperluas jangkauannya dan berinovasi di tengah pesatnya pertumbuhan e-commerce dan pembayaran digital.
Roger Kuo memiliki latar belakang yang kuat di bidang teknologi informasi dan keamanan digital.
Ia dikenal karena visinya yang tajam dalam menghadapi tantangan dunia digital yang semakin kompleks, terutama yang berkaitan dengan keamanan transaksi keuangan.
Pengalaman panjangnya di sektor keamanan siber membuatnya menjadi pemimpin yang strategis dalam mengembangkan teknologi yang dapat memberikan perlindungan maksimal bagi konsumen, maupun penyedia layanan pembayaran. (*) Steven Widjaja