Jakarta – Transformasi PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI selama tiga tahun terakhir berbuah positif. Kinerja perseroan tumbuh berkelanjutan dan menghasilkan kenaikan profitabilitas. Sepanjang 2023, BNI mengantongi laba Rp20,9 triliun, naik 14,2 persen year on year (yoy).
Transformasi BNI menghasilkan struktur bisnis yang solid, sehingga lebih siap mengatasi tantangan ekonomi ke depan. Kondisi ini antara lain tercermin dari profitabilitas perseroan yang meningkat, seperti terlihat dari rasio return on equity (ROE) yang mencapai 15,2 persen pada 2023. Angka itu naik 120 basis poin ketimbang 14 persen pada 2019.
Pencapaian ini selaras dengan peningkatan fundamental, seperti kontribusi fee based income (FBI), efisiensi operasional, hingga aset berkualitas. Dalam periode 2020-2023, kredit BNI rata-rata tumbuh 7,9 persen per tahun.
“Transformasi tiga tahun terakhir telah menjadi turning point yang memperkuat fondasi bisnis BNI. Kami melihat program transformasi ini lebih dari sekadar inisiatif. Ini adalah sebuah langkah besar yang menandai dedikasi dan komitmen kami untuk terus tumbuh dan berkembang serta beradaptasi terhadap perubahan di tingkat nasional dan global,” terang Direktur Utama BNI Royke Tumilaar, dalam paparan kinerja BNI, Jumat, 26 Januari 2024.
Royke menegaskan, BNI membidik kenaikan ROE hingga level 20 persen pada 2028. Aspirasi itu akan diwujudkan melalui konsistensi mencatatkan pertumbuhan kredit yang berkualitas dari segmen consumer, corporate, dan UMKM, sehingga kualitas aset akan sehat dalam jangka panjang.
Perseroan juga akan mendorong profitabilitas dengan peningkatan produktivitas bisnis, efisiensi operasional serta kontribusi perusahaan anak. Oleh sebab itu, peningkatan kapabilitas SDM dan optimalisasi teknologi menjadi enablers penting. Transformasi yang telah dilakukan menjadi fondasi meningkatkan kapabilitas SDM dan IT.
Baca juga: BNI Bakal Tambah Kantor Luar Negeri, Dua Negara Ini yang Dibidik
“Agenda kami ke depan adalah memperluas digitalisasi pada proses bisnis, pengembangan platform transaction banking yang lebih advanced, transformasi cabang, hingga peningkatan skala bisnis perusahaan anak, yang memungkinkan BNI memiliki proposisi nilai (value proposition) dan customer engagement yang unggul,” kata Royke.
Direktur Finance BNI Novita Widya Anggraini menambahkan, meski 2023 dihadapkan pada sejumlah tantangan, seperti peningkatan risiko geopolitik, kenaikan inflasi dan suku bunga global khususnya di Amerika Serikat, serta perlambatan ekonomi Tiongkok, BNI mampu menjaga kinerja tetap solid dan memberikan return yang optimal bagi para shareholders.
Kredit tumbuh 7,6 persen, atau menjadi Rp695 triliun. Segmen berisiko rendah, yakni korporasi blue chip baik swasta yang tumbuh 14,3 persen maupun BUMN tumbuh 11,8 persen, kredit konsumer tumbuh 13,6 persen, dan perusahaan anak melonjak 134 persen. Lonjakan kontribusi perusahaan anak didorong penguatan kinerja yang sustain, sejalan dengan transformasi yang dilakukan, seperti di BNI Finance dan hibank.
BNI Finance, misalnya, melakukan refocusing bisnis ke pembiayaan segmen konsumer, sehingga dapat melengkapi pilihan produk BNI Group melalui kredit kendaraan bermotor (KKB). Adapun hibank, yang digagas sebagai bank digital dan fokus pada segmen UMKM, berhasil membukukan pertumbuhan kredit segmen UMKM sebesar 94 persen. Perusahaan Anak lain, seperti BNI Sekuritas Group, BNI Life dan BNI Ventures juga berkontribusi bagi perbaikan kinerja BNI secara konsolidasi.
“Berdasarkan sektor ekonomi, seluruh sektor secara umum tumbuh positif dengan kontributor terbesar antara lain dari sektor perdagangan, industri manufaktur, energi, dan jasa dunia usaha,” kata Novita.
Perbaikan Kualitas Aset
Ekspansi kredit BNI dibarengi perbaikan kualitas aset. Rasio non performing loan (NPL) terjaga di level 2,14 persen, membaik dari tahun sebelumnya 2,81 persen. Pun demikian dengan loan at risk (LAR) yang menurun dari 16 persen menjadi 12,9 persen. Sementara, dana pihak ketiga (DPK) naik 5,4 persen, menjadi Rp810,73 triliun, dengan rasio dana murah (CASA) mencapai 71,2 persen.
“Tren kenaikan suku bunga acuan mempengaruhi biaya bunga dana (Cost of Fund) yang memang tengah mengalami tren peningkatan dan fenomena ini terjadi merata di industri perbankan. Namun di tengah kondisi tersebut, CoF dapat dijaga di kisaran 2,2 persen, secara struktural masih lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi di atas 3 persen,” jelas Novita.
Profitabilitas BNI juga didorong kenaikan pendapatan non-bunga sebesar 6,6 persen, atau menjadi Rp21,47 triliun. Dengan demikian, laba bersih BNI tercatat tumbuh 14,2 persen, menjadi Rp20,9 triliun. Dengan kinerja positif di tahun 2023, BNI optimis untuk terus meningkatkan produktivitas, inovasi, dan ekspansi global.
“Melalui kesempatan ini, manajemen ingin menyampaikan apresiasi kepada pemegang saham BNI dan masyarakat atas kepercayaan yang diberikan terhadap kuatnya fundamental kinerja Perseroan. Proses transformasi di BNI juga semakin memberikan outlook yang positif terhadap kinerja ke depan,” ujarnya.
Dengan outlook pertumbuhan bisnis positif melalui strategi pertumbuhan yang prudent, perseroan optimis bisa meraih profitabilitas yang sehat dan berkelanjutan. Ini akan memperkuat modal secara organik, memenuhi kebutuhan bisnis dan investasi BNI Group, serta memungkinkan pembagian dividen menarik untuk tahun buku 2023.
Inisiatif Digital
Terkait inisiatif digital, Wakil Direktur Utama BNI Adi Sulistyowati memaparkan, BNI melakukan berbagai inovasi pada setiap touch points pelanggan. Pada 2023, volume transaksi BNI Mobile Banking mencapai Rp1.216 triliun, atau tumbuh 52 persen. Jumlah penggunanya mencapai lebih dari 16 juta users.
BNI optimis dapat menjadi mitra perbankan utama di segmen ritel dengan menyediakan ekosistem super apps, serta ke depannya dapat mengoptimalkan Artificial Intelligence (AI) untuk memberikan hyper personalisasi layanan sehingga mampu meningkatkan engagement dan pengalaman bertransaksi nasabah.
“Pencapaian ini sejalan dengan strategi BNI untuk menjadikan BNI Mobile Banking sebagai One Stop Financial Solutions yang andal dan mampu menjawab berbagai kebutuhan layanan keuangan nasabah, mulai dari transaksi QRIS, pembelian pulsa, top up e-wallet, pembayaran tagihan bulanan, transfer ke dalam dan luar negeri, investasi, bahkan beyond banking experience,” ujar Adi Sulistyowati yang akrab disapa Susi tersebut.
Kemudian, BNIDirect juga berhasil menjadi salah satu penguat kinerja cash management, pada 2023 nilai transakinya tembus Rp6.926 triliun. Di samping itu, perseroan juga memiliki Ekosistem BNI Open API. Solusi ini telah melibatkan lebih dari 4.000 mitra dengan total layanan mencapai 280 API.
Melalui BNI Open API, perseroan terus berupaya untuk menyediakan platform digital yang menjawab kebutuhan secara komprehensif, mengoptimalkan saluran mitra dalam menyediakan solusi keuangan yang terintegrasi dan seamless. BNI akan terus memperkuat kinerja digital channel dengan mengoptimalkan BNI Mobile Banking dan BNIDirect sebagai Champions Transactional Channel BNI.
Baca juga: Setelah Stock Split, Harga Saham BNI Meroket 16,5 Persen di Akhir 2023
Green Banking dan Keuangan Berkelanjutan
BNI, sebagai bank pelat merah menjadi motor penggerak pelaksana keuangan berkelanjutan (Sustainable Finance) di Indonesia. Perseroan berkomitmen menginternalisasi prinsip keuangan berkelanjutan. Menurut Direktur Risk Management BNI, David Pirzada, selama 2023, BNI melakukan berbagai inisiatif sebagai first mover implementasi Environmental, Social, and Governance (ESG) pada sektor perbankan.
“Salah satu inisiatif yang dilakukan adalah dengan menetapkan target Net Zero Emission (NZE) aktivitas operasional BNI pada 2028 dan NZE pembiayaan pada tahun 2060. BNI akan mendorong sejumlah inisiatif baik dari sisi operasional maupun pembiayaan,” ujarnya.
Dari sisi operasional, BNI telah melakukan perhitungan emisi scope 1, 2, dan 3 baik di kantor pusat, kantor wilayah, dan kantor cabang sesuai standar Greenhouse Gas (GHG) Protocol. Untuk usaha penurunan emisi, BNI akan meningkatkan upaya efisiensi energi sampai ke level wilayah dan cabang serta memperbaiki proses waste management untuk mengurangi waste to landfill.
Khusus pembiayaan, BNI terus berupaya memacu pembiayaan green loan. Pada 2023, pembiayaan kategori ini mencapai Rp67,9 triliun, atau 13,6 persen secara tahunan. Untuk menggenjot pertumbuhan green loan, BNI telah menetapkan insentif keringanan bunga, khususnya bagi 4 kategori green loan seperti energi terbarukan, transportasi ramah lingkungan, bangunan berwawasan lingkungan, dan pengelolaan sumber daya alam.
Perseroan juga berhasil mengoptimalkan penyaluran green bond sebesar Rp5 triliun ke sektor energi terbarukan, transportasi ramah lingkungan, pengolahan sampah, bangunan berwawasan lingkungan, dan pengelolaan sumber daya alam. Sedangkan untuk sustainability linked loan (SLL), jumlah yang disalurkan sudah mencapai Rp4,6 triliun.
“Sebagai bukti keberhasilan BNI dalam pengelolaan keberlanjutan, selama tahun 2023 BNI juga berhasil memperoleh Rating A dari MSCI dan Rating Medium Risk dari Sustainalytics dengan skor 21,4,” tutupnya. (*)