Jakarta – Program “Women Empower Women” BTPN Syariah menjadi model bisnis yang unik karena program pembiayaan ini menyentuh kelompok usaha ultra mikro yang dikelola perempuan.
Bahkan menurut Dewie Pelitawati, Komisaris Independen BTPN Syariah, belum ada sektor perbankan yang memilik model bisnis seperti ini. Jadi pesaing BTPN Syariah dalam menyasar kelompok perempuan dengan bisnis ultra mikronya adalah institusi non-perbankan seperti koperasi atau financial technology (fintech).
Kelompok masyarakat yang masih belum memiliki akses perbankan (unbankable) menjadi target BTPN Syariah. “Sejak awal berdiri, kami ingin mematahkan mitos unbankable,” ujar Dewi Nuzulianti, Business Planning & Assurance Head BTPN Syariah dalam media briefing “Women Empower Women” di Jakarta, 16 Desember 2021.
Pemberdayaan kelompok perempuan khususnya yang belum mendapatkan akses perbankan dilakukan dengan sangat cermat. BTPN Syariah masuk melalui kegiatan kelompok yang sering dilakukan para perempuan di beberapa daerah. Dari sini, dibangun motivasi untuk berani berusaha, disiplin dan saling membantu.
Bila mereka memiliki rencana usaha, BTPN Syariah akan membantu pembiayaannya. Namun menurut Dewi, sumber pembiayaan tadi harus benar-benar untuk usaha. Rencana usaha mereka dianalisa. Untuk yang sudah memiliki usaha, juga dianalisa apakah mereka butuh modal tambahan.
Melihat potensi kelompok perempuan inklusi ini, Dewi meyakini bahwa BTPN Syariah masih optimistis pada 2022 model bisnis ini masih akan berkembang. “Meski tidak menutup kemungkinan akan muncul pesaing baru,” tambah Dewi.
Hingga saat ini sudah ada 4 juta perempuan inklusi aktif yang tergabung dalam 235 komunitas di 2.600 kabupaten dan 23 provinsi yang dilayani oleh BTPN Syariah. (*) Ninuk Saskiawardani