Surabaya — PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk (BTPN Syariah) berupaya menggenjot bisnis dengan memaksimalkan sebaran mobile marketing sharia (MMS) yang sudah ada di 1.800 titik. Perseroan menargetkan MMS ini bisa merangkul 13 juta perempuan prasejahtera produktif.
Dalam praktik bisnisnya di lapangan, MMS ini berisikan 8 hingga 12 community officer (CO) yang bertugas mengelola sentra-sentra komunitas ibu-ibu produktif. Para petugas ini bekerja mobile dalam radius 1 jam perjalanan dengan sepeda motor dari wisma tempat mereka menetap.
“Potensi ibu-ibu produktif prasejahtera di radius 1 jam naik motor sebaran wisma kita yang sudah ada itu 13 juta. Jadi (potensinya) masih sangat besar,” tutur Wakil Direktur Utama BTPN Syariah, Mulia Salim di Surabaya, Kamis (26/9).
Dia menjelaskan, perseroan saat ini memiliki 10.500 petugas lapangan di seluruh Indonesia yang melayani 3,6 juta nasabah aktif. “Kalau total nasabah (perempuan prasejahtera produktif) yang pernah dilayani sekitar 5 juta. Kami sudah hadir di 23 Provinsi di Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Lombok. Paling timur itu ada di Kupang, Nusa Tenggara Timur,” lanjut Mulia.
Per Juni 2019, total outstanding pembiayaan yang disalurkan BTPN Syariah mencapai Rp8,54 triliun dengan rasio pembiayaan bermasalah (NPF) di level 1,34 persen. Pembiayaan yang dibalut dengan akad wakalah murabahah atau akad jual-beli yang diwakilkan ke nasabah. Per akhir Agustus 2019, outstanding pembiayaan perseroan naik menjadi Rp8,7 triliun.
“Aset dan pembiayaan BTPN Syariah tumbuh lebih tinggi dari industri. Kita pembiayaan Juni year on year tumbuh 24 persen,” sambung Mulia.
Untuk melancarkan ekspansi pembiayaan kepada para ibu prasejahtera produktif, perseroan tetap konsisten menggaet pendanaan yang mayoritas masih dikontribusikan produk deposito.
Mulia menambahkan, dari sisi pendanaan para nasabah pembiayaan prasejahtera produktif turut memberikan andil 20 persen terhadap total dana pihak ketiga (DPK). Per Juni, total DPK perseroan mencapai Rp8,88 triliun, tumbuh 27 persen dari Rp7,02 triliun. “Deposito porsinya 80 persen (terhadap DPK), itu yang bagi hasil,” ucapnya.
Sementara itu bisnis perseroan di kawasan Jawa Timur memberikan sumbangsih 10 persen terhadap total DPK secara keseluruhan. Khusus di area ini juga masih mengandalkan produk deposito dengan proporsi ritel 65 persen dan 35 persen dari korporasi.
Dalam mendukung pembiayaan, perseroan melakukan pendekatan berbeda dari bank lain untuk meraih pendanaan. “Kami jelaskan ke nasabah deposan bahwa pendanaan digunakan untuk membiayai perempuan-perempuan prasejahtera produktif,” terang Area Funding Business Leader BTPN Syariah, Nunuk Puspa Endrajati. (*)