Surakarta – PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) memperluas penerapan sistem penarikan retribusi secara elektronik, atau e-retribusi, ke Pasar Klewer, setelah sebelumnya sukses dilakukan di Pasar Gede dan dan Pasar Ngudi Rejeki Gilingan, Surakarta, Jawa Tengah. Pedagang yang ikut program e-retribusi diharapkan bisa mendapatkan KPR BTN Mikro.
Direktur Utama BTN Maryono mengatakan, dengan mengganti sistem penarikan retribusi dari cara manual oleh petugas pasar ke para pedagang menjadi sistem elektronik melalui media kartu, diharapkan bisa membantu Pemkot Surakarta mengelola pendapatan daerahnya secara lebih efisien, dan akuntabel. Selain itu, sistem e-retribusi juga menjadi salah satu upaya dari misi pemerintah menjadikan kota Solo sebagai Smart City tahun 2018.
Dia menilai, bagi pedagang, sistem e-retribusi bisa menghindarkan mereka dari pungutan lain di luar retribusi resmi yang ditetapkan pemerintah. “Sistem e-retribusi mengurangi potensi fraud, aman, cepat, mudah karena pedagang cukup melakukan tapping pada mesin reader di pasar,” ujar Maryono dalam keterangannya, di Surakarta, Jumat, 21 April 2017.
Menurutnya, Pasar Klewer sebagai pasar tekstil terbesar di Jawa Tengah mencakup setidaknya 2.639 pedagang merupakan pasar ketiga yang menerapkan sistem e-retribusi bersama BTN di Surakarta. Dua pasar sebelumnya adalah Pasar Gede, dan Pasar Ngudi Rejeki Gilingan, dengan jumlah pedagang masing masing 760 pedagang dan 236 pedagang, sebagian besar telah menerapkan e-retribusi.
Sistem e-retribusi, kata dia, terus diperluas seiring dengan peningkatan sosialisasi dan infrastruktur di pasar. Sementara itu, bagi BTn, sistem e-retribusi dapat membuka akses pedagang terhadap layanan perbankan lainnya, mulai dari transaksi perbankan, maupun pembiayaan. Dengan membuka layanan e-retribusi, jumlah nasabah BTN, Dana Pihak Ketiga dan juga pengucuran kredit akan meningkat.
“Hal ini sejalan dengan misi pemerintah untuk memperluas inklusi keuangan,” kata Maryono.
Pendekatan dengan para pedagang pasar lewat sistem e-retribusi, akan memudahkan BTN memasarkan produk pembiayaan yang sesuai dengan kemampuan pedagang. Salah satunya adalah KPR BTN Mikro. Produk yang baru dirilis Februari lalu menawarkan plafon pinjaman sebesar Rp75 juta dengan tenor 10 tahun dan cicilan yang disesuaikan dengan kemampuan nasabah.
“Para pedagang sebagai pekerja di sektor informal bisa memanfaatkan KPR BTN Mikro untuk renovasi rumah, atau membangun tempat usaha,” jelas Maryono.
Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo menyambut baik rencana BTN menyalurkan KPR Mikro ke pedagang pasar klewer. Saat ini yang baru mendapatkan kredit perumahan dari BTN baru PNS, akan sangat bagus jika pedagang juga bisa mendapatkab KPR Mikro untuk memiliki rumah. “Nanti kami akan dorong agar pedagang juga bisa mendapatkan KPR Mikro setelah ikut e-retribusi,” papar Rudy.
Sistem e-retribusi ini diyakni bisa memperkuat BTN dalam perannya sebagai agen pembangunan ekonomi sekaligus sebagai agen pelayanan (agent of services) berkomitmen membantu program pemerintah, termasuk dalam pelayanan perbankan yang meningkatkan taraf hidup masyarakat. (*)