Jakarta – Pelaksanaan kredit program yang dijalankan oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), dinilai tidak suistain, karena tergantung dengan pergantian jajaran pemerintahan tanah air. Pada awal implementasinya pun, kredit program pernah mengalami kegagalan.
Namun demikian, menurut Director of BRI International Institute for Microfinance and Financial Inclusion Development, Agus Rachmadi, dalam acara seminar Infobank dengan tema “Posisi dan Masa Depan BPR di Tengah Kebijakan Kredit Program”, di Jakarta, Jumat, 30 Agustus 2019, BRI mengklaim telah berhasil mengucurkan kredit programnya. Rahasianya, adalah tetap profesional.
“Kenapa bisa sukses, kami akrobat. Kami tingkatkan karyawan. Walaupun suku bunga rendah, tetap profesional. Meskipun juga, program ini dari pemerintah, tapi kami sebagai pengusaha, sebagai bankir harus pintar olah dana. Salah satu kunci utama orang BRI, yakni dekat dengan masyarakat,” ungkapnya.
Agus menambahkan, kredit program merupakan kredit pembiayaan yang dikembangkan untuk sektor tertentu, yang ditentukan oleh pemerintah. Atas dasar tersebut, BRI harus menerima segala arahan dari regulator. Hal itu membuat pelaksanaan bisnis tidak selalu positif.
“Mau gamau harus terima karena regulator bilang gini atau gitu. Kalau seperti ini terjadi, bank jalan saja ikut pemerintah, tapi kadang jalannya tertatih-tatih. Kemudian, kredit program suku bunganya rendah, mau gamau kami sebagai bankir tidak bisa dapat income banyak atau malah rugi. Itu situasi yg terjadi. Salah jika BRI dipikir enak, seperti ada yang berpikir dana disediakan pemerintah. Padahal belum tentu,” tambahnya.
Dalam akhir paparannya, Agus mengajak BPR dan BPRS untuk menghadapi tantangan teknologi kedepan dengan saling berkolaborasi. (*) Ayu Utami