Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi pada Mei 2022 mencapai 0,40% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 110,42%, terjadi peningkatan bila dibandingkan dengan bulan April 2022 sebesar 109,98%.
BPS juga mencatat, tingkat inflasi tahun kalender (Mei 2022 terhadap Desember 2021) sebesar 2,56% dan inflasi tahun ke tahun (Mei 2022 terhadap Mei 2021) sebesar 3,55%. Kepala BPS, Margo Yuwono mengatakan, komoditas penyumbang inflasi di Mei 2022 yaitu tarif angkutan udara, telur ayam ras, ikan segar dan bawang merah.
“Jika ditarik kebelakang, Ini adalah Inflasi tertinggi sejak Desember tahun 2017 dimana saat itu inflasinya sebesar 3,61%,” ungkap Margo Yuwono, Kepala BPS, Kamis, 2 Juni 2022.
Dari 90 kota yang dipantau, sebanyak 87 kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar 2,24% dan terendah di Tangerang serta Gunung sitoli sebesar 0,05%. Sedangkan, deflasi tertinggi terjadi di Kotamobagu sebesar -0,21% dan terendah di Merauke sebesar -0,02%.
Margo menambahkan, inflasi terjadi karena adanya komponen harga bergejolak yang memberikan andil terbesar terhadap inflasi sebanyak 0,16%, dengan penyebab utama telur ayam ras, bawang merah dan daging sapi.
Penyumbang kedua inflasi, dari komponen inti sebesar 0,15% diantaranya adalah ikan segar, nasi dengan lauk, dan roti manis. Ketiga, berasal dari komponen harga yang diatur oleh pemerintah sebesar 0,09% disebabkan karena kenaikan tarif Angkatan udara.
“Andil dari komponen harga yang diatur oleh pemerintah penyebab utamanya adalah karena pemerintah mengizinkan maskapai penerbangan untuk melakukan penyesuaian biaya produksi untuk angkutan penumpang dalam negeri dan juga peningkatan kenaikan harga BBM jenis pertamax,” jelas Margo.
Selanjutnya, dari kelompok pengeluaran, makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,20%. Komoditas utama penyumbang inflasi kelompok bahan makan berasal dari telur ayam ras memberikan andil sebesar 0,05%. Kedua dari kelompok pengeluaran berasal dari transportasi sebesar 0,08% disebabkan karena tarif angkutan udara yang memberikan andil 0,07%. Ketiga, bawang merah sebesar 0,04% karena minimnya pasokan bawang merah dari daerah-daerah sentra produksi. (*) Irawati