Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada Januari 2025 terjadi deflasi sebesar 0,76 persen secara bulanan (month-to-month/mtm). Sementara itu, secara tahunan terjadi inflasi sebesar 0,76 persen year-on-year (yoy).
“Deflasi secara bulanan pada Januari 2025 ini merupakan deflasi pertama setelah terakhir kali terjadi di September 2024,” ujar Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, Senin, 3 Februari 2025.
Penyumbang deflasi terbesar pada Januari 2025 berasal dari kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, dengan deflasi sebesar 9,16 persen dan andil negatif sebesar 1,44 persen.
“Komoditas yang dominan mendorong deflasi pada kelompok ini adalah tarif listrik yang andilnya terhadap deflasi sebesar 1,47 persen,” jelasnya.
Baca juga: Panen Raya Dorong Deflasi Beras, Harga Pecah Rekor Turun Hampir 6 Persen
Selain tarif listrik, beberapa komoditas lain yang memberikan andil terhadap deflasi antara lain tomat (0,03 persen), ketimun, tarif kereta api, dan tarif angkutan udara, masing-masing sebesar 0,01 persen.
Meski mengalami deflasi, ada beberapa komoditas yang masih memberikan andil terhadap inflasi.
“Namun demikian, ada komoditas yang memberikan andil inflasi antara lain, cabai merah dan cabai rawit yang andil inflasi masing-masing 0,19 persen dan 0,17 persen. Ikan segar, minyak goreng, dan bensin memberikan andil inflasi masing-masing 0,03 persen,” ungkapnya.
Secara rinci, deflasi pada Januari 2025 didorong oleh penurunan harga pada komponen harga yang diatur pemerintah. Komponen ini mengalami deflasi sebesar 7,38 persen dengan andil deflasi sebesar 1,44 persen.
“Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi komponen diatur pemerintah adalah tarif listrik, tarif angkutan udara, dan tarif kereta api,” jelas Amalia.
Baca juga: 4 Jurus Pemerintah Jaga Inflasi di Kisaran 2,5 Persen Plus Minus 1 Persen
Meskipun terjadi deflasi, komponen inti masih mencatat inflasi sebesar 0,30 persen dengan andil sebesar 0,20 persen. Beberapa komoditas yang menyumbang inflasi dalam komponen ini antara lain minyak goreng, emas perhiasan, biaya sewa rumah, kopi bubuk, mobil, dan sepeda motor.
Selain itu, komponen harga bergejolak mengalami inflasi sebesar 2,95 persen dengan andil inflasi sebesar 0,48 persen. Komoditas yang dominan menyumbang inflasi dalam kategori ini adalah cabai merah, cabai rawit, dan daging ayam ras.
Berdasarkan wilayah, sebanyak 34 provinsi mengalami deflasi, sementara 4 provinsi lainnya mencatat inflasi. Amalia menyebutkan bahwa deflasi terdalam terjadi di Papua Barat sebesar 2,29 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kepulauan Riau sebesar 0,43 persen. (*)
Editor: Yulian Saputra
Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More
Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More
Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More
Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More
Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More