Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Agustus 2023 terjadi deflasi sebesar 0,02 persen dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 115,22. Sedangkan, tingkat inflasi tahun ke tahun (Agustus 2023 terhadap Agustus 2022) tercatat 3,27 persen dan tingkat inflasi tahun kalender (Agustus 2023 terhadap Desember 2022) sebesar 1,43 persen.
“Deflasi di bulan Agustus 2023 sejalan dengan kondisi tahun lalu yaitu Agustus 2022 dengan tingkat deflasi lebih rendah yaitu sebesar -021 persen,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, Jumat 1 September 2023.
Penyumbang deflasi terbesar pada Agustus 2023 berdasarkan kelompok pengeluaran adalah makanan, minuman dan tembakau sebesar -0,25 persen dengan andil 0,07 persen.
Baca juga: Bos BI Pamer Inflasi Indonesia Salah Satu yang Terendah di Dunia
Kemudian, komoditas lain penyumbang deflasi secara mtm yaitu, daging ayam ras dengan andil deflasi -0,07 persen, bawang merah -0,05 persen, telur ayam ras -0,02 persen, dan komoditas lain sebesar -0,01 persen diantaranya ikan segar, bahan bakar rumah tangga, tarif angkutan udara, serta kacang panjang.
“Selain itu, terdapat beberapa komoditas pada kelompok makanan, minuman , dan tembakau yang mmberikan andil inflasi secara mtm yaitu, beras, cabai merah, rokok kretek filter, cabai rawit dan rokok putih. Selanjutnya, kelompok pendidikan mengalami inflasi sebesar 0,68 persen,” jelasnya.
Dari 90 kota yang dipantau, terdapat 46 kota yang mengalami deflasi. Bila dirinci, 46 kota diantaranya memiliki deflasi lebih dalam terhadap deflasi nasional dan 44 kota lainnya mengalami inflasi.
Deflasi terdalam terjadi di Waingapu sebesar -1,20 persen utamanya disebabkan oleh komoditas ikan segar dengan andil -1,08 persen, sawi hijau -0,27 persen, bawang putih -0,12 persen, bawang merah -0,04 persen, dan buncis -0,04 persen.
“Dari 44 kota yang mengalami inflasi pada Agustus 2023, inflasi mtm tertinggi yaitu di Manokwari dengan inflasi sebesar 0,55%,” pungkasnya.
Komponen harga yang diatur pemerintah mengalami deflasi bulanan sebesar -0,02 persen mtm, dengan andil deflasi sebesar -0,01 persen. Didorong oleh komoditas bahan bakar rumah tangga dan tarif angkutan udara.
Baca juga: Segini Biaya yang Dipakai Pemerintah Untuk Pengendalian Inflasi
Sedangkan, komponen harga bergejolak mengalami deflasi sebesar -0,51 persen mtm, memberikan andil sebesar -0,09 persen. Penyumbang utama deflasi tersebut adalah komoditas daging ayam ras, bawang merah, telur ayam ras, dan kacang panjang.
“Dimana deflasi ini adalah pertama pada tahun 2023 untuk komponen harga bergejolak,” katanya.
Selanjutnya, komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,13 persen, dengan andil sebesar 0,08 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil terhadap inflasi komponen inti adalah biaya akademi/perguruan tinggi, sekolah menegah atas, sekolah dasar, dan sekolah menengah pertama. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra
Jakarta - Presiden Direktur Sompo Insurance, Eric Nemitz, menyoroti pentingnya penerapan asuransi wajib pihak ketiga… Read More
Senior Vice President Corporate Banking Group BCA Yayi Mustika P tengah memberikan sambutan disela acara… Read More
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat sejumlah pencapaian strategis sepanjang 2024 melalui berbagai… Read More
Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengapresiasi kesiapan PLN dalam… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan telah melaporkan hingga 20 Desember 2024, Indonesia Anti-Scam… Read More
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) membidik penambahan sebanyak dua juta investor di pasar… Read More