Jakarta – Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Riyatno mengungkap sejumlah tantangan dalam pengembangan program hilirisasi pemerintah.
“Tantangan pertama menyangkut sumber daya manusia, di mana setiap tahunnya dibutuhkan sekitar 16 ribu tenaga kerja kompeten untuk sektor manufaktur termasuk hilirisasi,” katanya dalam acara Mendiversifikasi PMA di Investasi Berkelanjutan, di Jakarta, 25 September 2024.
Lanjutnya, tantangan lain yakni perluasan kerja sama internasional. Ia mengatakan, dengan adanya kerja sama internasional akan membuka pasar ekspor baru dan investasi yang masuk ke Tanah Air.
Baca juga : ISEI Sarankan Pemerintah Lakukan Hilirisasi Pangan, Ini Poin Pentingnya
“Pemerintah saat ini menargetkan negara-negara di Eropa dan Afrika sebagai pasar ekspor dengan market yang besar,” jelasnya.
Lalu, tantangan dari sisi menarik investor yang masuk ke Tanah Air. Di sini, pemerintah memiliki kebijakan yang ramah terhadap investor dan market dengan memberikan penawaran yang terbaik terutama dari sisi perizinan.
Baca juga : Punya Potensi Besar, Jokowi Minta ISEI Riset Hilirisasi 2 Bahan Pangan Ini
“Untuk menarik investor, tentu memerlukan investasi besar. Maka dari itu perlu adanya insentif dari pemerintah untuk mendorong investor asing dan dalam negeri agar hilirisasi ini berjalan,” bebernya.
Tantangan akhir kata dia yakni tekanan eksternal, di man kebijakan pemerintah untuk menghentikan ekspor nikel yang menimbulkan resistensi di WTO.
“Meskipun Indonesia kalah dalam tuntutan namun program hiliriasi tetap berjalan,” pungkasnya. (*)