Jakarta – Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Irfan Setiaputra menyampaikan jika kondisi ekonomi saat ini seperti pelemahan mata uang rupiah terhadap US dolar dan potensi kenaikan harga aftur tak boleh menjadi alasan penurunan kinerja perusahaan maskapai nasional, Garuda Indonesia.
Dia ingin Garuda Indonesia menunjukkan kinerja positif, walaupun kondisi ekonomi sedang tak ramah, tapi pihaknya tetap bisa mempertahankan kinerja positif dan jadi yang terdepan dalam hal kinerja keuangan perusahaan maskapai di Indonesia.
“Bagi airlines itu adalah alasan paling enak bahwa dia tak mencapai target karena depresiasi mata uang maupun harga aftur. Saya sudah sampaikan, saya tidak mau dengar ini jadi alasan, kita ingin tahun ini membuktikan walaupun kurs melemah, mungkin harga aftur naik, kita bisa memimpin kinerja keuangan di sektor maskapai. Jadi, memang menantang sekali buat kita,” ujarnya kepada Infobanknews baru-baru ini.
Tekad tersebut dilandasi oleh sejumlah hal. Menurutnya, kondisi pelemahan ekonomi global bukanlah situasi mutlak yang tak bisa dihindari. Kondisi ekonomi diyakininya akan membaik, apalagi pengalaman Garuda Indonesia yang berhasil menghadapi berbagai masalah dan rintangan beberapa tahun lalu, membuat pihaknya mempunyai segudang pengalaman dalam menghadapi krisis.
Maka dari itu, karena kondisi ekonomi global yang demikian, pihaknya banyak melakukan meeting untuk mendorong lagi pos pendapatan dan biaya. Terkait pendapatan, Irfan menerangkan bahwa pihaknya masih menjadikan bisnis penerbangan sebagai lini bisnis utama Garuda Indonesia, seperti peak season liburan dan keberangkatan umrah atau haji.
Baca juga: Garuda Indonesia dan UOB Kolaborasi Luncurkan Kartu Kredit Khusus Pelancong, Simak Benefitnya!
“Cuma memang sekarang kita lagi memikirkan terus menerus bagaimana kita bisa meningkatkan beyond yang selama ini kita andalkan. Jadi, pengalaman kita satu sampai dua tahun setelah pandemi, lalu kita pelajari situasi penerbangan, akhirnya kita tahu ada banyak peluang. Contohnya, kita sekarang sibuk sekali terbang ke Bali, tapi data yang kita punya dari dulu mengatakan bahwa ke Bali hari Minggu itu relatively tidak penuh pesawat,” jelas Irfan.
“Jadi, kemungkinan besar kita akan bikin program-program untuk mendorong orang yang ingin ke Bali, naiklah pesawat di hari Minggu. Ini masih sebatas rencana sih, tapi kita ingin bikin program ‘the best time to Bali’ berangkatlah hari Minggu, pulang lah hari Jumat. Sama seperti kita kemarin ada program ‘lebaran di Jakarta’, yang mana dari situ kita mendapatkan tambahan income beberapa juta dolar, kita dorong orang untuk terbang ke Jakarta dengan diskon murah,” tambahnya.
Tahun depan, ia katakan, tak hanya ‘lebaran di Jakarta’, pihaknya akan membuat program tambahan yang lebih menarik lagi yakni ‘this is the best time to leave Jakarta’ yang ditujukan untuk periode setelah hari raya Idul Fitri, yang mana pada hari raya Idul Fitri kedua, pihaknya akan sediakan tiket murah dengan destinasi keluar Jakarta.
“Jadi, the best time to Bali itu justru hari libur lebaran, jangan sebelum lebaran. Bagi yang ingin harga tiket murah, berangkatlah setelah hari lebaran,” pungkas Irfan.
Sebagai informasi, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (BEI: GIAA) konsisten catatkan kinerja positif yang terefleksikan dalam pertumbuhan pendapatan usaha konsolidasi di tahun kinerja 2023, yang tumbuh sekitar 40 persen atau sebesar USD2,94 miliar dibandingkan dengan pendapatan usaha di tahun sebelumnya yaitu USD2,1 miliar. Hal ini merupakan salah satu indikator langkah penyehatan kinerja usaha yang terus berjalan on the track.
Pendapatan usaha tersebut didorong dari pendapatan penerbangan berjadwal yang naik 41 persen y-o-y menjadi USD2,37 miliar dari sebelumnya USD1,68 miliar sejalan dengan pergerakan masyarakat yang menggunakan transportasi udara di fase pascapandemi terus bergerak mendekati situasi sebelum pandemi. Lebih lanjut pada penerbangan berjadwal penumpang sendiri, tumbuh 52 persen dari tahun sebelumnya menjadi USD2,21 miliar.
Baca juga: Ruang Udara Penerbangan di Wilayah Kepri-Natuna Resmi Diatur RI
Selaras dengan penerbangan berjadwal, pendapatan penerbangan tidak berjadwal juga mencatat pertumbuhan hingga 65 persen atau sebesar USD288,03 juta dari tahun sebelumnya yaitu USD174,81 juta, di mana pendapatan penerbangan haji di tahun 2023 menyumbang kenaikan signifikan hingga 145 persen menjadi USD235,17 juta dibandingkan tahun sebelumnya yaitu USD92,48 juta. Kemudian, pendapatan lain-lain turut naik 15 persen dari kinerja 2022 menjadi USD270,58 juta.
Setelah melewati fase yang penuh tantangan di era pandemi beberapa tahun lalu dengan melaksanakan berbagai langkah perbaikan, Garuda Indonesia berhasil membukukan laba tahun berjalan sebesar USD251.996.580 yang semakin memperkuat fundamen positif kinerja usaha Garuda Indonesia pasca merampungkan restrukturisasi di akhir tahun 2022 lalu.
“Sepanjang tahun 2023, Garuda Indonesia Group berhasil mencatatkan kinerja operasional melalui pertumbuhan jumlah angkutan penumpang hingga 34 persen, yakni mencapai 19.970.024 penumpang dibandingkan pada periode sebelumnya 14.848.195 penumpang. Dalam capaian tersebut, Garuda Indonesia berhasil mengangkut penumpang sebanyak 8.291.094 dan Citilink sebanyak 11.678.930 penumpang,” tutup Irfan. (*) Steven Widjaja