CEO Citi Indonesia, Batara Sianturi (tiga dari kiri) dalam Paparan Kinerja, di Jakarta, Selasa, 19 Agustus 2025. (Foto: Khoirifa)
Jakarta – Penyaluran kredit dari Citibank, N.A., Indonesia (Citi Indonesia) mengalami penurunan secara tahunan atau year-on-year (yoy) sekitar 13,36 persen menjadi Rp27,67 triliun pada kuartal II 2025. Padahal, pada periode yang sama tahun sebelumnya, penyaluran kredit tercatat Rp31,93 triliun.
CEO Citi Indonesia, Batara Sianturi, menjelaskan bahwa penggerak utama daripada penurunan kredit tersebut adalah adanya pinjaman dari nasabah yang tidak dilanjutkan dan beralih ke obligasi.
“The biggest driver daripada penurunan itu karena ada loan yang tidak di-rollover. Karena nasabah tersebut meluncurkan bond, karena bond-nya sudah ada, ya gak perlu lagi loan-nya,” kata Batara dalam Paparan Kinerja di Jakarta, Selasa, 19 Agustus 2025.
Baca juga: Citi Indonesia Bukukan Laba Bersih Rp1,33 Triliun di Semester I 2025
Batara menambahkan, pelunasan kredit tanpa perpanjangan umumnya terjadi pada nasabah di sektor pertambangan, manufaktur, hingga pertanian.
“Jadi is essentially one timer di sektor mining. Kita melihat juga positif update di sektor manufacturing dan juga di sektor agriculture,” imbuhnya.
Berbanding terbalik dengan penurunan kredit, Citi Indonesia mencatat kredit macet atau non-performing loan (NPL) gross. Pada kuartal II 2025, NPL gross turun menjadi 0,20 persen, jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,39 persen.
Batara menyebut hal itu hasil dari pengelolaan NPL yang hati-hati, termasuk penghapusan (write off) terhadap kredit yang sudah sepenuhnya diprovisikan.
“Jadi sebetulnya tidak ada impact-nya untuk profit and loss karena sudah 100 persen dialokasikan provisionnya, tapi waktu itu belum di-write off saja,” ujar Batara.
Baca juga: Strategi Citi Indonesia Berdayakan Anak Muda Tangguh Finansial
Meski kredit turun, Citi Indonesia tetap mencatat laba bersih lebih dari Rp1,33 triliun pada kuartal II 2025, naik tipis 1,14 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp1,31 triliun.
Adapun pertumbuhan laba tersebut didorong oleh peningkatan pendapatan bunga bersih secara tahunan sebesar 11 persen dan rasio dana murah (low-cost fund) yang meningkat menjadi 75 persen. (*)
Editor: Yulian Saputra
Poin Penting Pertamina EP memperkuat praktik keberlanjutan dan transparansi, yang mengantarkan perusahaan meraih peringkat Bronze… Read More
Poin Penting Konsumsi rumah tangga menguat jelang akhir 2025, didorong kenaikan penjualan ritel dan IKK… Read More
Poin Penting Livin’ Fest 2025 resmi digelar di Denpasar pada 4-7 Desember 2025, menghadirkan 115… Read More
Poin Penting Rupiah berpotensi menguat didorong ekspektasi kuat pasar bahwa The Fed akan memangkas suku… Read More
Poin Penting RBC dan RKI TUGU melampaui industri, masing-masing di 360,9% dan 272,6%, menunjukkan kesehatan… Read More
Poin Penting Pembiayaan perbankan syariah diproyeksi tumbuh dua digit pada 2025–2026, masing-masing menjadi Rp709,6 triliun… Read More