Jakarta – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau BNI membeberkan sejumlah tantangan yang dihadapi industri perbankan usai pemangkasan suku bunga acuan alias BI Rate sebesar 25 bps ke level 6 persen.
Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (BNI) Royke Tumilaar mengungkapkan, tantangan terbesar yang dihadapi industri perbankan di Tanah Air, yakni suku bunga yang tinggi.
“Jadi kalau kita lihat suku bunga sudah turun, harusnya nggak ada isu,” katanya usai Konferensi Pers Kolaborasi BNI dan Investor Daily Summit 2024, Senin, 30 September 2024.
Ia pun menekankan peran penting BNI dalam menjadi partner yang kompetitif bagi investor-investor di Tanah Air. Di mana, bank pelat merah ini harus menerapkan pelbagai inovasi untuk mencapai tujuan tersebut.
Baca juga : Aset BNI Tumbuh Signifikan dalam 5 Tahun, Ini Faktor Pendorongnya
“Jadi BNI ya tentu harus melakukan inovasi-inovasi yang perubahan inovasi produk, jasa, yang lebih kompetitif supaya market itu bisa memberikan suatu layanan yang terbaik untuk nasabah-nasabahnya,” jelasnya.
Selain itu, dirinya juga menyinggung perkembangan digitalisasi hingga artificial intelegence (AI) dalam menopang perekonomian di Indonesia. dengan begitu, masyarakat, khususnya nasabah BNI bisa bertahan di segala situasi ekonomi.
“Jadi digitalisasi, teknologi, AI dan segala macam itu menjadi challenge buat BNI bisa men-deliver suatu komitmen yang bisa mendukung nasabah-nasabahnya untuk bisa bertahan di segala kondisi ekonomi,” pungkasnya.
Baca juga : DPR Beri Pujian atas Pembukaan Kantor Perwakilan BNI di Sydney
Kinerja Bank BNI
BNI terus menunjukkan performa yang impresif dengan mencatatkan pertumbuhan aset yang kuat dalam lima tahun terakhir. Berdasarkan data keuangan yang dirilis, aset BNI tumbuh signifikan sebesar 27 persen, dari Rp845,6 triliun pada tahun 2019 menjadi Rp1.072,45 triliun hingga pertengahan 2024.
Salah satu faktor terbesar adalah pertumbuhan kredit yang konsisten dari Rp556,77 triliun pada tahun 2019 menjadi Rp726,97 triliun pada semester pertama 2024.
BNI secara aktif menyalurkan kredit ke sektor korporasi, terutama dalam mendukung proyek-proyek infrastruktur dan nasabah top-tier.
Selain peningkatan kredit, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) juga berperan penting. DPK BNI naik dari Rp614,31 triliun pada 2019 menjadi Rp772,32 triliun pada semester pertama 2024, yang menunjukkan kepercayaan nasabah dan meningkatnya likuiditas BNI. (*)
Editor: Galih Pratama