Bos BI Ungkap Penurunan BI Rate Bakal Terbatas

Bos BI Ungkap Penurunan BI Rate Bakal Terbatas

Jakarta – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan masih akan ada ruang penurunan suku bunga atau BI Rate ke depan, meski akan terbatas.

Perry menjelaskan ruang penurunan suku bunga BI akan mempertimbangkan rendahnya inflasi, serta pertumbuhan ekonomi nasional.

“Jadi masih terbuka, tapi tentu saja akan sangat tergantung, dengan seperti tadi ruangannya yang dulu agak lebar, sekarang lebih terbatas,” ujar Perry dalam konferensi pers Rabu, 20 November 2024.

Lebih lanjut, melihat perkembangan dinamika global yang bergerak cepat, saat ini fokus BI diarahkan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari ketidakpastian geopolitik hingga perekonomian global.

“Fokus kami kebijakan moneter diarahkan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak semakin tingginya ketidakpastian geopolitik dan perekonomian global, dengan perkembangan politik di AS,” paparnya.

Baca juga: Tok! BI Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6 Persen

Sehingga, kata Perry, arah kebijakan suku bunga BI ke depan akan terus memperhatikan pergerakan nilai tukar rupiah dan prospek inflasi di dalam negeri. 

“Dengan seperti tadi ruangannya (penurunan suku bunga BI) yang dulu agak lebar, sekarang lebih terbatas. Tapi sabarnya lebih banyak. Sambil kita lihat dulu, tapi fokusnya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah,” tandasnya.

Sebelumnya, BI memutuskan untuk menahan suku bunga atau BI Rate sebesar 6 persen, dengan suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility 6,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) November 2024.

“Rapat Dewan Gubernur BI memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6 persen,” kata Perry.

Baca juga: Bos BI Prediksi The FED Bakal Pangkas Suku Bunga, Tapi Tak Besar

Perry mengatakan, keputusan menahan BI Rate ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan terkendalinya inflasi pada 2024 dan 2025 yang terkendali dalam sasaran 2,5±1 persen, serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan stabilitas nilai tukar rupiah karena meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.

“Fokus kebijakan moneter diarahkan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak semakin tingginya ketidakpastian geopolitik dan perekonomian global dengan perkembangan politik di Amerika Serikat,” pungkasnya.

Ke depan, BI terus memperhatikan pergerakan nilai tukar rupiah dan prospek inflasi serta perkembangan data dan dinamika kondisi yang berkembang dalam mencermati ruang penurunan suku bunga lebih lanjut. (*)

Editor: Galih Pratama

Related Posts

News Update

Top News