Moneter dan Fiskal

Bos BI Ramal The Fed Pangkas Suku Bunga Dua Kali di Semester II 2025

Jakarta – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memproyeksikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Funds Rate (FFR) akan dipangkas sebanyak dua kali di semester II 2025.

Perry menyebut, suku bunga acuan AS diperkirakan dipangkas masing-masing sebesar 25 basis point (bps), dengan probabilitas yang semakin tinggi.

Kami perkirakan Fed Funds rate di semester II ini akan menurun dua kali. Masing-masing 25 basis point dan ini probabilitasnya itu semakin tinggi,” kata Perry dalam Konferensi Pers RDG, Rabu, 20 Agustus 2025.

Baca juga: BI Optimistis Ekonomi RI 2025 Tumbuh di Atas Titik Tengah Target 4,6-5,4 Persen

Perry menilai, penurunan FFR ini dipicu oleh kebijakan tarif resiprokal AS yang meluas dari 44 negara menjadi 70 negara. Menurutnya, kebijakan ini akan berdampak terhadap menurunnya kinerja ekspor dan volume perdagangan antar negara yang berimplikasi kepada melambatnya pertumbuhan ekonomi global.

“Secara keseluruhan dampak dari perdagangan, menurunnya volume perdagangan ini dan juga ada beberapa aspek mengenai transshipment, itu yang tadi kami sampaikan, bahwa pertumbuhan ekonomi dunia oleh BI diperkirakan akan berpotensi lebih rendah dari perkirakan. Kita perkirakan sebelumnya 3 persen pada 2025 dan demikian juga 2026, dengan kebijakan resiprokal tarif ini ada potensi lebih rendah,” ujarnya.

Baca juga: Gegara Ini, Bos BI Ramal Ekonomi Dunia 2025 Cuma Tumbuh di Bawah 3 Persen

Perry menyatakan, kecenderungan pertumbuhan yang lebih rendah dan menurunnya inflasi mendorong sebagian besar bank sentral menempuh kebijakan moneter yang akomodatif, kecuali Jepang. Di AS, tekanan inflasi yang cenderung menurun mendorong semakin kuatnya ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) ke depan.

“Dampak terhadap penurunan inflasi itu juga mulai nampak, dengan dampak dari penurunan demand, itu dampaknya terhadap inflasi lebih cepat daripada supply constraint. Itulah kenapa ada kecenderungan inflasi dunia itu menurun, termasuk di Amerika dan karenanya ini kebijakan moneter di berbagai negara yang ditempuh bank sentral itu cenderung akomodatif,” ungkapnya. (*)

Editor: Galih Pratama

Irawati

Recent Posts

DJP Tunjuk Roblox dan 4 Perusahaan Digital Jadi Pemungut PPN, Ini Rinciannya

Poin Penting Roblox resmi ditunjuk DJP sebagai pemungut PPN PMSE, bersama empat perusahaan digital lainnya.… Read More

3 mins ago

BEI Tekankan Kolaborasi dan Tanggung Jawab Bersama Bangun Masa Depan Hijau

Poin Penting PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menekankan kolaborasi lintas sektor (pemerintah, dunia usaha, investor,… Read More

58 mins ago

Balikkan Keadaan, Emiten PEHA Kantongi Laba Bersih Rp7,7 M di September 2025

Poin Penting PT Phapros Tbk (PEHA) mencetak laba bersih Rp7,7 miliar per September 2025, berbalik… Read More

2 hours ago

Unilever Bakal Tebar Dividen Interim Rp3,30 Triliun, Catat Tanggalnya!

Poin Penting Unilever Indonesia membagikan dividen interim 2025 sebesar Rp3,30 triliun atau Rp87 per saham,… Read More

2 hours ago

Hadapi Disrupsi Global, Dua Isu Ini Menjadi Sorotan dalam IFAC Connect Asia Pacific 2025

Poin Penting IFAC menekankan pentingnya kolaborasi regional untuk memperkuat profesi akuntansi di Asia Pasifik, termasuk… Read More

3 hours ago

BAKN DPR Minta Aturan Larangan KUR bagi ASN Ditinjau Ulang, Ini Alasannya

Poin Penting BAKN DPR RI mendorong peninjauan ulang aturan KUR, khususnya agar ASN golongan rendah… Read More

3 hours ago