Yogyakarta – PT BNI Asset Management (BNI-AM) optimis kondisi pasar modal Indonesia pada tahun 2020 akan membaik dan lebih clear sehingga sangat prospektif untuk melakukan keputusan investasi. Demikian disampaikan Direktur BNI-AM, Putut Andanawarih dalam Market Outlook 2020 yang bertema “2020 Vision: Clearer View for Growth” di Yogyakarta, Kamis, 16 Januari 2020.
Menurutnya, perekonomian global di tahun 2019 lalu, diwarnai dengan risiko eksternal yang cukup volatile dengan adanya Trade War AS dan China. Trade War mengakibatkan perlambatan ekonomi yang dirasakan tidak hanya di AS dan China, namun ke seluruh penjuru dunia. Pertumbuhan ekonomi global terkena hit, dimana hampir seluruh pertumbuhan GDP negara-negara di dunia mengalami perlambatan.
Pihaknya melihat negara-negara di seluruh dunia bereaksi cukup cepat terhadap perlambatan ekonomi. Stimulus-stimulus seperti penurunan suku bunga, penurunan Giro Wajib Minimum, serta easing stimulus lainnya dilakukan berbagai negara dunia untuk dapat bertahan dari ancaman perlambatan. Stimulus tersebut cukup membuahkan hasil, di mana pertumbuhan GDP AS tidak melambat separah yang diperkirakan, begitupun juga dengan China dan India, bahkan Indonesia.
Namun demikian, memasuki tahun 2020 ini, dirinta melihat bahwa risiko dari terjadinya resesi mulai berkurang setelah data-data ekonomi dunia tidak seburuk yang awalnya dikhawatirkan. Akan tetapi, kata dia, era suku bunga rendah masih akan persists, dikarenakan masih perlunya insentif-insentif untuk menstimulus ekonomi. Dari AS, titik penting yang terlihat ada di domestic consumption, karena hal tersebut yang berhasil menopang pertumbuhan ekonomi AS di tahun 2019.
“Jika konsumsi domestik berhasil di maintain, maka kami melihat potensi resesi dapat berkurang. Dari China, stimulus juga sepertinya masih akan diberikan, mengingat perang dagang masih menjadi overhang, meskipun tensinya sedikit menurun,” ujar Putut.
Sementara itu, untuk perekonomian Indonesia di 2020, diprediksi akan lebih baik dibanding dengan 2019. Kondisi Indonesia, lanjut dia, pasca Pilpres 2019 dan konsolidasi dari pemerintahan, saat ini pemerintah sudah dapat berfokus untuk mengerjakan rencana dan kebijakan-kebijakan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Omnibus Law menjadi salah satu yang ditunggu, karena di dalamnya akan termasuk UU Tenaga Kerja, pemotongan pajak korporasi yang dapat mendorong investasi masuk ke Indonesia.
“Struktur trade balance Indonesia juga terlihat membaik, terutama dari sisi oil & gas. Terlihat impor oil dan gas Indonesia berangsur membaik selama 2019, yang merupakan katalis positif bagi nilai tukar Rupiah,” imbuh Putut.
Di sisi lain, searah dengan perkembangan tren industri investasi ini, awal tahun 2020 BNI-AM menerbitkan Reksa Dana ETF-ESG dengan nama Reksa Dana BNI-AM ETF MSCI ESG Leaders Indonesia (kode produk di BEI: XBES) yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia pada 9 Januari 2020 lalu. Reksa Dana ETF ini merupakan reksa dana ETF kedua yang diterbitkan oleh BNI-AM setelah Reksa Dana BNI-AM Nusantara ETF MSCI Indonesia Equity Index (kode: XBNI) pada tahun 2018 yang lalu.
Jika dilihat dari terbitnya beberapa Reksa Dana ETF, XBES merupakan Reksa Dana ETF ke-39 yang telah dicatatkan dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada tahun 2020 ini BNI-AM mempelopori pencatatan dan perdagangan ETF pertama di tahun 2020 di BEI. Pihaknya meluncurkan XBES untuk menyediakan varian produk bagi investor yang ingin mengoptimalkan kinerja investasi dengan portofolio investasi emiten berfundamental baik dan mempertimbangkan aspek ESG (Environment, Social and Governance).
“ETF ini dapat dengan mudah dicari di BEI karena diperdagangkan melalui pasar primer dan pasar sekunder di BEI,” tutup Putut. (*)