Jakarta – Sikap blok barat yang berlebihan atas penempatan senjata nuklir statis Rusia di Belarusia disampaikan juru bicara Istana Kepresidenan Rusia Kremlin Dmitry Peskov.
Dalam wawancara dengan stasiun tv Rossiya, Kremlin mempertanyakan tindakan Amerika Serikat (AS) yang lebih dahulu mengerahkan senjata nuklir di Eropa yang justru didiamkan begitu saja.
“Barat tidak cenderung mengingat topik senjata nuklir AS, yang berbasis di Eropa, di sekitar negara kita,” katanya, melansir TASS, Selasa (11/4/2023).
Diketahui, senjata nuklir taktis sendiri digunakan untuk keuntungan tertentu di medan perang yang mana memiliki kapasitas untuk melenyapkan sebuah kota.
Lanjutnya, pihak NATO yang justru memperluas ekspansinya ke arah Rusia, bukan sebaliknya. Oleh sebab itu, kata Peskov, Rusia harus mengambil langkah tegas untuk mempertahankan keamanan dalam negeri.
Di sisi lain, NATO menyebut rencana Putin tersebut sebagai bagian dari retorika nuklir berbahaya dan tidak bertanggung jawab. Untuk itu, NATO akan terus melakukan pemantauan dengan cermat yang memungkinkan bisa mengarah kepada perang nuklir.
“NATO waspada, dan kami akan memantau situasi dengan cermat. Kami belum melihat adanya perubahan dalam postur nuklir Rusia yang akan membuat kami menyesuaikan diri,” kata juru bicara NATO Oana Lungesco, seperti dikutip dari Reuters, 27 Maret 2023.
Lebih lanjut, NATO menilai langkah Presiden Putin yang menempatkan senjata nuklir statis di Belarusia benar-benar menyesatkan.
“Secara konsisten, Rusia melanggar komitmen kontrol senjatanya dan menangguhkan keikutsertaannya dalam Perjanjian Start Baru,” tambah pernyataan tersebut.(*)
Editor: Galih Pratama