Poin Penting
- Bitcoin (BTC) mencetak rekor tertinggi baru di USD125.687 pada 5 Oktober 2025, naik lebih dari 8,5 persen sejak awal bulan.
- Kapitalisasi pasar kripto global mencapai rekor USD4,24 triliun, dengan dominasi BTC dan ETH yang menyumbang lebih dari 65 persen.
- Shutdown Pemerintah AS dan ketidakpastian ekonomi mendorong investor beralih ke aset safe haven seperti Bitcoin dan logam mulia.
Jakarta – Bitcoin (BTC) kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa atau All Time High (ATH) di atas USD125.000, tepatnya mencapai USD125.687 pada perdagangan 5 Oktober kemarin.
Kenaikan BTC ini mencerminkan optimisme yang meluas di bawah narasi “Uptober”, yang secara historis menjadi bulan kuat bagi aset kripto. Sejak 1 Oktober, harga BTC telah melonjak lebih dari 8,50 persen.
Ajaib Kripto menyoroti dalam 24 jam terakhir, BTC melonjak 0,98 persen bertengger di USD123.350 atau setara dengan Rp2,04 miliar.
Dominasi pasar BTC (BTC.D) kini berada di level 59,35 persen, sementara total kapitalisasi pasar aset kripto melemah 0,80 persen menjadi USD4,14 triliun.
“Pasar aset kripto memulai minggu ini dengan momentum bullish yang luar biasa. Kapitalisasi pasar kripto global melonjak ke rekor tertinggi baru, mencapai USD4,24 triliun pada 5 Oktober 2025, melampaui puncak sebelumnya yang tercatat di akhir September,” ujar Financial Expert Ajaib, Panji Yudha, dalam risetnya di Jakarta, Senin, 6 Oktober 2025.
Baca juga: 5 Aplikasi Trading Bitcoin dengan Biaya Kompetitif
Lebih lanjut, secara kolektif, BTC dan ETH menyumbang lebih dari 65 persen dari total kapitalisasi pasar kripto, dengan nilai gabungan sekitar USD3 triliun. Performa solid dari dua aset teratas ini mengindikasikan kembalinya pasar secara tegas ke wilayah bull.
Rally BTC juga bertepatan dengan berlanjutnya shutdown Pemerintah AS yang dimulai pada 1 Oktober 2025.
Ketidakpastian politik dan potensi gejolak harga dolar AS memicu yang disebut analis JPMorgan sebagai “debasement trades“.
Adapun, investor bergegas mencari aset safe haven untuk melindungi nilai (hedge) terhadap risiko makro dan inflasi. Bitcoin bersama logam mulia menjadi pilihan utama.
Baca juga: Pasar Kripto Bergejolak, Upbit Indonesia Dorong Investor Rancang Strategi Jangka Panjang
Pasar prediksi Polymarket bahkan memperkirakan peluang lebih dari 60 persen bahwa shutdown akan berlangsung selama 10–29 hari, memberikan ruang bagi BTC untuk terus bersinar sebagai aset penyimpan nilai. (*)
Editor: Yulian Saputra









