Ilustrasi: Harga Bitcoin mengalami tren kenaikan/istimewa.
Jakarta – Bitcoin memerlukan dorongan tambahan untuk melanjutkan kenaikan di tengah masih adanya kekhawatiran situasi makro dan tarif yang ditetapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Pada (14/5), Bitcoin sempat mencapai puncak di USD104.700. Sementara itu, Ethereum (ETH) melonjak hingga 9 persen mendekati angka USD2.700. Kenaikan ini terdorong oleh pernyataan positif dari Presiden Trump dan masuknya Coinbase ke dalam S&P 500.
Kepercayaan pasar semakin meningkat, yang juga berkontribusi pada lonjakan harga saham Coinbase (COIN) hingga 24 persen.
Apalagi setelah pengumuman data inflasi Consumer Price Index (CPI) dari AS, berita kripto hari ini sekarang memperlihatkan bahwa Bitcoin sempat merangsek mendekati angka USD105.000 dalam perdagangan sebelumnya.
“Optimisme para investor di sektor kripto dan saham AS merupakan dampak dari laporan inflasi CPI AS yang menggembirakan,” jelas Analis Reku Fahmi Almuttaqin dikutip 23 Mei 2025.
Baca juga: Transformasi “Emas Digital” Bitcoin: dari Aset Spekulatif Menjadi Aset Strategis
Laporan tersebut menunjukkan bahwa inflasi telah menurun ke 2,3 persen, lebih rendah dari proyeksi ekonomi yang sebesar 2,4 persen. Selain itu, angka ini tercatat sebagai yang terendah sejak tahun 2021.
Meski ada ketidakpastian mengenai dampak kebijakan perdagangan Presiden Trump, perkembangan ini menunjukkan bahwa perekonomian AS masih dalam kondisi yang cukup baik.
Dari sudut pandang kebijakan, kesepakatan perdagangan terbaru antara AS dengan Inggris dan China, serta pengurangan tarif untuk barang-barang murah dari China, memberikan sinyal yang positif bagi pasar.
Namun, para investor tampak masih berhati-hati meskipun terdapat tren yang menguntungkan saat ini. Hal ini bisa dilihat dari peningkatan harga emas sebagai aset perlindungan nilai yang naik 0,6 persen mencapai USD3.240,30.
Sementara itu, investor tradisional di AS juga mulai merealisasikan keuntungan dan menahan investasi Bitcoin mereka. Terdapat juga refleksi dari aliran dana masuk bersih di instrumen ETF Bitcoin spot yang mencatat USD-91,4 juta pada Selasa lalu, mengakhiri tren positif aliran neto yang telah berlangsung selama empat hari sebelumnya.
Lebih lanjut, pasar tampaknya membutuhkan dorongan baru untuk melanjutkan tren kenaikan. Meskipun tren positif masih terlihat, khususnya di pasar kripto, harga di angka USD106.000 bisa menjadi penghalang yang sulit ditembus mengingat potensi inflasi yang meningkat dan pertumbuhan ekonomi yang melambat.
Perkembangan lebih lanjut terkait kebijakan perdagangan AS yang lebih mendukung pertumbuhan ekonomi, pengesahan undang-undang pro-kripto di AS yang bisa berdampak signifikan, dan optimisme dari The Fed untuk menurunkan suku bunga adalah beberapa contoh potensi dorongan baru yang mungkin bisa muncul di masa depan.
Baca juga: Perang Tarif China-AS Berakhir, Harga Bitcoin Siap-siap Reli?
Dilansir dari Pintu Market, harga Bitcoin dalam rupiah adalah Rp1.723.447.899, dengan volume perdagangan Bitcoin (BTC) mencapai USD31.725.223.970, menunjukkan peningkatan 11,80 persen dibandingkan dengan sehari yang lalu.
Sementara itu, Bitcoin pernah mencapai angka tertinggi sepanjang masa sebesar USD108.786 dan angka terendahnya adalah USD67,81. Saat ini, harganya diperdagangkan 4,78 persen lebih rendah daripada harga puncaknya dan 152.655,38 persen lebih tinggi dari harga terendah tercatat.
Untuk kapitalisasi pasar Bitcoin saat ini adalah USD2.056.440.683.817. Nilai pasar diperoleh dengan mengalikan harga per token dengan jumlah token BTC yang beredar, yaitu 20 juta token yang tersedia untuk diperdagangkan sekarang.
Perlu diingat, semua aktivitas jual beli kripto memiliki risiko dan volatilitas yang tinggi karena sifat kripto dengan harga yang fluktuatif.
Maka dari itu, selalu lakukan riset mandiri (DYOR) dan gunakan dana yang tidak digunakan dalam waktu dekat (uang dingin) sebelum berinvestasi. (*)
Poin Penting PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menekankan kolaborasi lintas sektor (pemerintah, dunia usaha, investor,… Read More
Poin Penting PT Phapros Tbk (PEHA) mencetak laba bersih Rp7,7 miliar per September 2025, berbalik… Read More
Poin Penting Unilever Indonesia membagikan dividen interim 2025 sebesar Rp3,30 triliun atau Rp87 per saham,… Read More
Poin Penting IFAC menekankan pentingnya kolaborasi regional untuk memperkuat profesi akuntansi di Asia Pasifik, termasuk… Read More
Poin Penting BAKN DPR RI mendorong peninjauan ulang aturan KUR, khususnya agar ASN golongan rendah… Read More
Poin Penting IHSG menguat ke 8.655,97 dan sempat mencetak ATH baru di level 8.689, didorong… Read More