Jakarta – Citigroup Inc, perusahaan bank investasi dan jasa keuangan asal Amerika Serika (AS) kembali melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal kepada pekerjanya.
Kali ini, perusahaan memangkas 30 pekerjaan perbankan investasi dan 20 pekerjaan lainnya di unit perbankan korporatnya di London, pada Sabtu, 10 Juni 2023.
Dalam memo internal yang dirilis Citigroup, pemecatan dilakukan sebagai upaya mengurangi biaya operasional ditengah ancaman krisis akibatnya anjloknya bisnis Citigroup.
Selain itu, Citigroup juga membubarkan tim globalnya yang bertugas memberikan analisis seputar pasar valuta asing, dengan memberhentikan karyawannya di London dan New York dan tim perdagangan obligasi korporat Amerika Latin.
Baca juga: Pemasukan Iklan Merosot, Los Angeles Time PHK Karyawan
Melansir Bloomberg, Senin (12/6/2023), kepala keuangan Citigroup sempat menyinggung rencana melakukan pemecatan gelombang kedua. Di mana, setelah pendapatan perusaaan anjlok akibat terpengaruh kebijakan moneter yang dilakukan bank sentral.
“Pemangkasan perlu dilakukan bagi Citigroup untuk mengurangi basis biaya karena kondisi pasar yang buruk,” ungkap sebuah sumber kepercayaan Bloomberg yang mengetahui masalah tersebut.
Sebelumnya, pada awal Maret lalu, Citigroup melakukan pemangkasan terhadap kurang dari 1 persen dari 240.000 tenaga kerja. Karyawan yang berasal di seluruh operasi perusahaan dan organisasi teknologi, serta unit penjamin emisi hipotek Amerika Serikat, juga termasuk di antara yang terdampak PHK.
Langkah PHK yang dilakukan Citigroup datang hanya beberapa minggu setelah saingan mereka, JPMorgan Chase memangkas ratusan staf hipotek. Sementara, Goldman Sachs juga berencana melakukan PHK pada ribuan posisi di seluruh perusahaan.
Pada divisi teknologi, Citigroup telah menghabiskan miliaran dalam beberapa tahun terakhir untuk meningkatkan infrastruktur dasarnya.
Baca juga: Standard Chartered PHK Masal Karyawan di 3 Negara
Chief Executive Officer Citigroup Jane Fraser mengatakan, investasi tersebut pada akhirnya akan memungkinkan bank mengurangi ketergantungannya pada proses manual.
“Seiring dengan matangnya investasi kami dalam inisiatif transformasi dan pengendalian, kami berharap dapat mewujudkan efisiensi karena program-program tersebut bertransisi dari proses intensif secara manual ke proses yang dimungkinkan oleh teknologi,” kata Fraser.(*)
Editor: Galih Pratama