Bikin Ngeri! Begini Bahayanya Jika Korporasi Sepelekan Karyawan Gen Z

Bikin Ngeri! Begini Bahayanya Jika Korporasi Sepelekan Karyawan Gen Z

Jakarta – CEO dan Founder CommUnique, Gihan Hyde memaparkan pentingnya keberadaan karyawan untuk ekosistem korporasi yang berkelanjutan. Menurutnya, hal ini sesuatu yang masih sering luput dari perhatian petinggi korporasi, khususnya dalam penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) di perusahaan.

Salah satu alasannya, yakni korporasi tengah berhadapan dengan generasi Z (Gen Z) yang punya pola pikir berbeda dengan generasi di atas mereka. Menurut Gihan, Gen Z sangat memedulikan planet bumi, dan tidak segan menolak prinsip yang bertentangan dengan pemikiran mereka.

“Mereka sangat peduli terhadap planet ini dan sangat vokal. Gen Z tidak segan untuk tidak akan bekerja jika perusahaan tidak memberi tahu mereka bagaimana perusahaan memberikan dampak terhadap planet kita dan orang-orang di sekitarnya,” terang Gihan pada webinar OJK Institute bertajuk “How to Prevent Greenwashing in Sustainable Finance”, Kamis, 16 Mei 2024.

Baca juga: Ini Dia Alasan Pentingnya Gen Z Melek Investasi Sejak Dini

Lebih lanjut, Gen Z akan sangat mendukung perusahaan yang menerapkan prinsip ESG dan keberlanjutan. Menurut data dari London Institute of Banking & Finance (LIBF), 86 persen Gen Z bersedia mendukung korporasi dengan ciri-ciri tersebut.

Gihan juga mengimbau untuk selalu melibatkan seluruh karyawan, termasuk Gen Z, dalam setiap keputusan yang mereka buat. Ia mengambil contoh dari peristiwa dari bank asal Inggris, Barclays Bank, yang sempat terlibat skandal pada 2012 lalu dan hampir kolaps karenanya.

“Salah satu penyebab hampir kolapsnya Barclays adalah karena karyawan tidak mempunyai mekanisme yang tepat untuk menyoroti masalah yang mereka lihat. Mereka juga tidak mengerti bahwa mereka juga berperan dalam menyelamatkan bank,” papar Gihan.

Sebagai informasi, skandal yang menimpa Barclays adalah “Skandal Libor”. Peristiwa ini terjadi kala para bankir di Inggris memanipulasi London Interbank Offered Rate (LIBOR) demi keuntungan. Barclays disorot karena dianggap memiliki keterlibatan terbesar di skandal ini.

Menurut Gihan, salah satu alasan Barclays hampir runtuh adalah ketidakpahaman karyawan untuk ikut membantu menyelamatkan perusahaan. Mereka mengira bahwa perusahaan akan selamat karena pihak internal bank. Dan sebaliknya, Barclays tidak mau terbuka terhadap karyawannya serta enggan melibatkan mereka dalam penyelesaian skandal.

Baca juga: Begini Jurus Bank Jago Gaet Nasabah Gen Z

Untuk itu, Gihan menyarankan korporasi untuk selalu mengedukasi dan melibatkan karyawan mereka dalam skema besar perusahaan. Apalagi, di masa sekarang, perusahaan bisa dengan mudahnya terekspos di media sosial jika melakukan praktik yang tidak diperkenankan.

“Batasan antara internal dan eksternal (perusahaan) kini hampir hilang. Karyawan memiliki akses ke media sosial untuk mengatakan kebenaran di seluruh dunia tanpa perlu meminta izin ke atasan. Ini disebabkan karena ketidakjelasan tersebut,” kata Gihan.

“Kita telah melihatnya di media sosial apa yang terjadi di dalam sebuah perusahaan. Dan inilah mengapa kita sangat perlu memberikan perhatian kepada karyawan,” tegasnya. (*) Mohammad Adrianto Sukarso

Related Posts

News Update

Top News