Jakarta–Bank Indonesia (BI) menyakini, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS ke depan akan lebih stabil seiring mulai membaiknya data ekonomi dalam negeri dan telah adanya kepastian Bank Sentral Amerika terkait suku bunganya.
Dua hal itu jadi salah satu sentimen positif yang dapat membuat nilai tukar Rupiah tetap terjaga.
“Secara umum nilai tukar akan kembali lebih stabil, kami melihat bahwa tantangan utama Rupiah masih besarnya impor dibanding ekspor,” kata Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo, Jakarta, Senin, 4 Januari 2016.
Agus menuturkan, tantangan utama saat ini sudah sedikit teratasi melihat data defisit transaksi berjalan pada 2014 sebesar USD27 miliar, dan pada 2015 turun menjadi USD17 miliar.
“Masih defisit jadi merupakan tantangan. Kami juga mengikuti neraca perdagangan yang kondisinya surplus, jadi kami harapkan 2016 akan lebih baik,” ucap Agus.
Sementara tekanan dari eksternal, menurut Agus setelah dinaikkannya suku bunga The Fed pada Desember 2015 dan akan kembali naik secara bertahap membuat angin segar kepada negara berkembang karena sumber ketidakpastian sudah hilang.
“Sekarang perlu diwaspadai adalah harga minyak yang terus turun, ini berdampak pada komoditi-komoditi yang lain,” kata Agus. (*) Dwitya Putra