Jakarta–Bank Indonesia (BI) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini menjadi 5,17 persen secara setahunan (year on year/yoy) dari sebelumnya 5,2 persen (yoy). Penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi ini sejalan dengan kajian yang dilakukan BI.
“Saya lihat bahwa memang terjadi koreksi yang utama di triwulan III (Juli-September). Namun kontribusi di semester II (Juli-Desember) akan lebih baik,” ujar Gubernur BI Agus DW Martowardojo, di Jakarta, Jumat, 16 Juni 2017.
Meski begitu, kata Agus, proyeksi pertumbuhan ekonomi di kuartal II diperkirakan lebih baik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Meningkatnya investasi akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi selain konsumsi rumah tangga dan kontribusi ekspor.
Proyeksi tentang pertumbuhan ekonomi global yang terus meningkat, dan disertai masih meningkatnya harga komoditas akan menggerakan investasi ke dalam negeri. Selain itu, investasi yang datang pun mulai beragam dan tidak hanya menggerakkan sektor infrastruktur.
“Tadinya didominasi dengan pembangunan infrastruktur sekarang investasi pemerintah dan swasta. Bahkan investasi non bangunan mulai naik khususnya sektor konstruksi,” ucap Agus.
Namun demikian, di sisi lain, Agus mencatat bahwa sumbangan swasta dan korporasi belum maksimal. Pasalnya, industri perbankan dan korporasi masih melakukan konsolidasi setelah didera perlambatan kinerja pada 2016.
Oleh karena itu, Agus melihat pertumbuhan kredit perbankan pada Mei 2017 akan sedikit mengalami perlambatan. Adapun pada April 2017, kredit perbankan tumbuh 9,47 persen (yoy). Menurut data BI, rasio kredit bermasalah pada April 2017 sebesar 3,1 persen.
“Pertumbuhan kredit sampai April cukup baik karena terus menunjukan peningkatan dibanding Desember 2016. Tapi untuk Mei 2017 sedikit menurun lebih karena baseline-nya,” tutup Agus. (*)
Editor: Paulus Yoga