Jakarta – Bank Indonesia (BI) menilai, tekanan dari pasar keuangan global terhadap Indonesia masih memiliki risiko yang besar pada perekonomian nasional. Kondisi global tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi BI sebagai otoritas moneter.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Reza Anglingkusumo mengatakan, untuk menghadapi tekanan dari pasar keuangan global tersebut, Bank Sentral tetap memprioritaskan bauran kebijakan dalam jangka pendek.
“Perubahan lanskap likuiditas global, tekanan dari pasar keuangan global berisiko masih besar dan cenderung permanen,” ujarnya di Gedung BI, Jakarta, Selasa, 5 Juni 2018.
Baca juga: Hadapi Volatilitas Global, Ini 3 Faktor Pendukung Pasar Finansial Indonesia
Bauran kebijakan tersebut, kata dia, dengan memperkuat stabilitas dan ketahanan ekonomi nasional terhadap tekanan gloal yaitu pada stabilitas nilai tukar rupiah, inflasi yang rendah, defisit fiskal dan defisit transaksi berjalan yang sehat.
Dalam memperkuat stabilitas, jelas dia, BI akan menerapkan kebijakan suku bunga yang pre-emptive, frontloading dan ahead the curve. Kemudian BI juga akan melakukan intervensi ganda (dual intervention) di pasar valas dan pasar SBN.
Selanjutnya, tambah dia, Bank Sentral juga akan melakukan penguatan strategi operasi moneter di pasar rupiah dan valas untuk menjaga kecukupan likuiditas khsusunya di pasar uang rupiah, dan pasar swap antar bank.
“Lalu komunikasi intensif kepada stakeholders khususnya pelaku pasar, perbankan, dunia usaha dan ekonom,” tutupnya. (*)