Jakarta – BI 7-Day Repo Rate sudah turun 1,5%. Namun, transmisi kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indonesia (BI) melalui jalur suku bunga acuan ini belum menunjukkan perkembangan yang baik, terutama respon perbankan pada penurunan suku bunga kredit dan deposito.
Sebagaimana diketahui, Bank Sentral telah melakukan transmisi kebijakan moneternya melalui penurunan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate di sepanjang Januari 2016 sampai dengan Oktober 2016 hingga mencapai 150 basis points (bps) atau 1,5% menjadi 4,75%.
Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengungkapkan, bahwa transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga masih terus berlanjut, baik itu terhadap suku bunga kredit, maupun deposito. Kendati begitu, BI meyakini respon perbankan terhadap penurunan suku bunga acuan masih berlangsung.
“Transmisi kebijakan moneter, pantauan kami sampe November ini suku bunga kredit dan deposito terus alami penurunan. Jadi masih terus belangsng transmisi kebijakan moneternya,” ujar Juda di Gedung BI, Jakarta, Kamis, 15 Desember 2016.
Lebih lanjut dia menambahkan, transmisi kebijakan moneter yang dilakukan BI sejauh ini, belum direspon sepenuhnya oleh perbankan nasional. Hal ini tercermin pada suku bunga kredit perbankan yang baru turun 67 bps (0,67%) dan suku bunga deposito yang sudah turun 131 bps (1,31%).
“Kemarin sampai Oktober 129 bps, lalu di November sudah 131 bps. Data suku bunga kredit sebelumnya 62 bps di Oktober, kemudian di November itu sudah turun 67 bps. Kalau dilihat secara historis, suku bunga kredit masih akan melakukan penyesuaian masih akan terus menurun,” ucapnya.
Juda mengakui, transmisi pelonggaran kebijakan moneter melalui jalur suku bunga masih belum efektif, tercermin dari pertumbuhan kredit perbankan yang masih relatif terbatas. Hal tersebut sejalan dengan permintaan (demand) kredit yang masih lemah, termasuk permintaan investasi dan korporasi.
Meski begitu, dirinya meyakini, bahwa permintaan kredit perbankan akan terus mengalami peningkatan seiring dengan terus membaiknya pertumbuhan ekonomi nasional. Terlebih, BI sendiri sudah menurunkan suku bunganya dan melonggarkan GWM Primer yang diyakini akan mendongkrak pertumbuhan kredit.
“Kami perkirakan suku bunga kredit dan deposito masih akan terus melakukan penyesuaian dan masih akan turun. Khususnya NPL (kredit bermasalah) mengalami perbaikan, maka ruang penurunan suku bunga kredit masih akan berlangsung,” tutup Juda. (*)