oleh Agung Galih Satwiko
PASAR saham Jepang turun signifikan dan memimpin penurunan pasar saham di Asia, pasca pertemuan BOJ yang tidak menghasilkan tambahan stimulus sebagaimana diharapkan. Selain itu kekhawatiran akan hasil referendum UK juga masih menjadi perhatian investor. Indeks Nikkei Jepang turun 3,1% dan Hang Seng Hongkong turun 2,1%. Di Eropa, DAX Index Jerman turun 0,6% sementara S&P 500 di AS naik 0,3%.
Bank Indonesia (BI) dalam rapat dua hari yang berakhir kemarin memutuskan menurunkan BI rate sebesar 25 bps, dari 6,75% menjadi 6,50%. Deposit facility dan lending facility juga masing-masing turun 25 bps menjadi 4,5% dan 7%, berlaku efektif per 17 Juni 2016. Sementara itu tingkat bunga acuan untuk tenor pendek yaitu 7-day reverse repo juga turun 25 bps menjadi 5,25%. Di bidang makroprudensial BI juga melakukan pelonggaran yaitu: (i) relaksasi ketentuan LTV dan FTV dan memperlonggar kredit melalui mekanisme inden sampai dengan fasilitas kredit kedua. Untuk mendorong kredit perbankan, BI juga menaikkan batas bawah Loan to Funding Ratio dari 78% menjadi 80%, sementara batas atas tetap di 92%, berlaku mulai Agustus 2016.
Dalam siaran pers-nya BI menjelaskan: (i) pemulihan global berlangsung lambat dan tidak merata, (ii) pertumbuhan ekonomi domestik pada triwulan II diperkirakan membaik, dengan pertumbuhan ekonomi 2016 diperkirakan antara 5,0% – 5,4%, (iii) neraca perdagangan Indonesia bulan Mei tercatat surplus sebesar USD0,38 miliar, lebih rendah dibanding surplus bulan April sebesar USD0,66 miliar, (iv) Rupiah kembali menguat pada bulan Juni, (v) Inflasi bulan Mei tetap terkendali pada level 0,24% (mom) dan 3,33% yoy, sementara sepanjang 2016 diperkirakan akan berada di antara 4+1%, dan (vi) sistem keuangan tetap stabil dengan ketahanan sistem perbankan yang terjaga, CAR April 2016 sebesar 21,7% dan NPL gross sebesar 2,9% sementara net sebesar 1,5%.
Bank of Japan kemarin memutuskan untuk mempertahankan kebijakan moneter sebelumnya, dan tidak menambah stimulus sebagaimana yang diharapkan pelaku pasar. Di tengah menguatnya Yen dan rendahnya inflasi, BOJ memilih untuk menunggu hasil referendum UK minggu depan yang apabila memenangkan Brexit maka diperkirakan akan berdampak negatif pada pasar keuangan global. Ekonomi Jepang sejak digulirkannya Abenomics tiga tahun lalu tampak belum mampu pulih secara konsisten. Target inflasi 2% juga tampak sulit tercapai. Pasca keputusan BOJ, Yen terus menguat hingga ke level 103,95 Yen per USD, level terkuat sejak Agustus 2014.
Dari Eropa, Bank of England mempertahankan tingkat bunga acuan pada level 0,5% dan tidak mengubah kebijakan pembelian asset sebesar 375 miliar poundsterling. BOE memandang apabila referendum UK minggu depan memenangkan Brexit, maka outlook pertumbuhan ekonomi dan inflasi UK akan berubah sangat signifikan.
Obligasi negara Swiss tenor 30 tahun menjadi obligasi Negara dengan tenor 30 tahun pertama yang menyentuh level yield negatif pada perdagangan kemarin. Seiring dengan kekhawatiran akan Brexit dan pelemahan pasar keuangan global, aksi pembelian safe haven asset terus berlanjut, termasuk obligasi negara Swiss. Obligasi negara Swiss tenor 30 tahun kemarin diperdagangkan pada level minus 0,06%. Swiss National Bank kemarin juga memutuskan mempertahankan tingkat bunga acuan berupa deposit rate pada level minus 0,75%.
Dari AS, data initial US jobless claim untuk minggu yang berakhir 11 Juni 2016 naik 13.000 menjadi 277.000. Meskipun naik, namun jobless claim terus berada di bawah 300.000 selama 67 minggu terakhir berturut-turut. Artinya meskipun laju penguatan ketenagakerjaan AS melemah, namun sejatinya masih cukup kuat dibandingkan saat krisis 2008. Masih dari AS, laju inflasi bulan Mei tercatat sebesar 0,2%. Harga-harga umumnya masih flat.
Harga minyak dunia melanjutkan penurunan jelang referendum UK. Laporan Baker hughes Inc., bahwa jumlah kilang minyak AS kembali naik sebanyak 3 unit menjadi 328 unit juga turut menekan harga. Harga minyak WTI crude untuk pengiriman Juli turun USD1,8 (3,8%) menjadi USD46,2 per barrel. Sementara Brent Crude untuk pengiriman Agustus turun USD1,8 (3,6%) ke level USD47,2 per barrel.
Yield UST kembali turun, investor mengoleksi safe haven asset menjelang referendum UK. Yield UST 10 tahun turun 3 bps ke level 1,56% level terendah sejak Agustus 2012. Sementara yield UST 30 tahun turun 2 bps ke level 2,38%. Sementara di Jerman, German bund tenor 10 tahun turun 2 bps ke level minus 0,03%.
Pasar SUN kemarin ditutup menguat. Yield SUN tenor 10 tahun turun 3 bps ke level 7,61% (ytd turun 113 bps, akhir tahun lalu 8,74%). IHSG ditutup nyaris tidak berubah di level 4.814 (ytd 4,8%, akhir tahun sebesar 4.593). Investor asing membukukan net sell sebesar Rp5 miliar, sehingga year to date investor asing membukukan net buy sebesar Rp6,6 triliun. Sementara itu, nilai tukar Rupiah ditutup melemah Rp20 menjadi Rp13.375/USD. NDF 1 bulan ditutup melemah Rp43 ke level Rp13.450/USD. CDS 5 tahun naik 1 bps ke level 200 bps. CDS Indonesia 5 tahun telah turun 30 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 230 bps. (*)
Penulis adalah staf Wakil Ketua DK OJK