Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat pada Agustus 2023 Indeks Penjualan Riil (IPR) sebesar 204,1 atau tumbuh 1,1 persen secara tahunan (yoy). Angka tersebut melambat dibandingkan dengan Juli 2023 yang tumbuh 1,6 persen yoy.
Dalam keterangan resmi yang dirilis oleh BI pada Selasa (10/10) menyebutkan, bahwa berdasarkan kelompok komoditas, perkembangan ini didukung oleh Subkelompok Sandang sebesar 8,1 persen dan Kelompok Bahan Bakar kendaraan Bermotor 1,4 persen, serta Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau 3,4 persen.
Sementara itu, secara bulanan, kineria penjualan eceran pada Agustus 2023 diindikasikan tumbuh positif sebesar 0,4 persen mtm, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 8,8 persen mtm.
Baca juga: Gara-Gara Dua Komoditas Ini Ekspor RI jadi Anjlok
Peningkatan tersebut terutama berasal dari Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau sebesar 0,3 persen mtm, serta Kelompok Suku Cadang dan Aksesoris dan Subkelompok Sandang yang keduanya meningkat sebesar 2,0 persen mtm.
Hal tersebut, sejalan dengan masih terjaganya permintaan domestik saat event Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI, didukung kelancaran distribusi dan kondisi cuaca.
BI juga memperkirakan penjualan riil pada September 2023 akan tetap kuat secara tahunan, namun terkontraksi secara bulanan. Hal tersebut tecermin dari IPR September 2023 yang tercatat sebesar 200,2 atau tumbuh 1,0 persen yoy, sedikit lebih lambat dari pertumbuhan 1,1 persen yoy pada Agustus 2023.
Berdasarkan kelompoknya, tetap kuatnya kineria penjualan eceran tersebut didorong oleh Subkelompok Sandang sebesar 12,4 persen yoy serta Kelompok Suku Cadang dan Aksesori 11,9 persen yoy.
Sementara itu, Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau yang tumbuh sebesar 2,0 persen yoy tercatat tetap kuat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 3,4 persen yoy.
Kinerja Penjualan Eceran September 2023 Diprediksi Melambat
Secara bulanan, kinerja penjualan eceran pada September 2023 diprakirakan tercatat terkontraksi sebesar 1,9 persen mtm, berbalik arah dari pertumbuhan 0,4 persen mtm pada bulan sebelumnya.
Mayoritas kelompok tercatat menurun, sementara Kelompok Barang Budaya dan Rekreasi tercatat membaik meski mash terkontraksi -1,6 persen mtm. Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan Subkelompok Sandang turn cukup dalam masing-masing sebesar -3,2 persen mtm dan -4,7 persen mtm akibat penurunan permintaan dalam negeri dan kendala distribusi (khusus BB Kendaraan Bermotor).
Selanjutnya, pada triwulan III 2023, kinerja penjualan eceran diprakirakan tetap tumbuh meski melambat. Indeks Penjualan Ril triwulan III 2023 diprakirakan tumbuh sebesar 1,2 persen yoy, melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,6 persen yoy.
Kelompok yang tercatat mash tumbuh meski melambat, yaitu Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau 3,4 persen yoy dan Subkelompok Sandang 9,0 persen yoy.
Selain itu, responden memprakirakan penjualan meningkat pada November 2023 (3 bulan yad), namun diprakirakan turun pada Februari 2024 (6 bulan yad).
Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) November 2023 tercatat sebesar 136,6, atau lebih tinggi dari 133,2 pada periode sebelumnya, sejalan dengan mash terjaganya permintaan dalam negeri.
Baca juga: BI Promosikan Investasi dan Produk Lokal di London
Sementara itu, IEP Februari 2024 tercatat 122,4, lebih rendah dibandingkan 137,1 pada bulan sebelumnya. Secara spasial, penurunan IEP Februari 2024 terjadi di mayoritas kota, utamanya di Kota Bandung, Semarang (termasuk Purwokerto), dan Manado.
Dari sisi harga, tekanan inflasi pada November 2023 (3 bulan yad) diprakirakan meningkat, namun diprakirakan akan menurun pada Februari 2024 (6 bulan yad). Hal ini diindikasikan oleh Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) November 2023 tercatat sebesar 119,9, lebih tinggi dari periode sebelumnya sebesar 118,7. Sementara IEH Februari 2024 tercatat sebesar 129,7, lebih rendah dibandingkan 134,0. (*)
Editor: Galih Pratama