Jakarta – Bank Indonesia (BI) dalam Survei Perbankan memprakirakan outstanding kredit sampai dengan akhir 2025 tumbuh sebesar 9,89 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Angka tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan realisasi pertumbuhan kredit pada 2024 sebesar 9,67 persen yoy.
Namun demikian, prakiraan tersebut termoderasi dibandingkan prakiraan responden pada survei triwulan IV 2024 untuk pertumbuhan outstanding kredit tahun 2025 sebesar 10,34 persen yoy.
“Optimisme penyaluran kredit tahun 2025 antara lain didorong oleh prospek kondisi moneter dan pertumbuhan ekonomi yang tetap baik, serta relatif terjaganya risiko dalam penyaluran kredit,” tulis Hasil Survei Perbankan BI, Senin, 28 April 2025.
Baca juga: Bos OJK Optimis Kredit Perbankan Tetap Tumbuh hingga 11 Persen di 2025
Selanjutnya, penyaluran kredit baru pada triwulan II 2025 diprakirakan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini terindikasi dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) prakiraan penyaluran kredit baru triwulan II 2025 yang sebesar 81,99 persen, naik dibandingkan SBT 55,07 persen pada triwulan sebelumnya.
Prioritas utama responden dalam penyaluran kredit baru pada triwulan II-2025 masih sama dengan periode sebelumnya, yaitu kredit modal kerja, diikuti kredit investasi dan kredit konsumsi.
Pada jenis kredit konsumsi, penyaluran KPR/KPA diprakirakan mash menjadi prioritas utama, diikuti Kredit Multiguna dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB).
Berdasarkan sektor, penyaluran kredit baru pada triwulan II 2025 diprakirakan terbesar pada sektor industri pengolahan, sektor perdagangan besar dan eceran, serta sektor perantara keuangan.
Kemudian, penyaluran kredit baru terindikasi melambat di triwulan I-2025. Ini tercermin dari nilai SBT penyaluran kredit baru sebesar 55,07 persen, lebih rendah dari 97,90 persen pada triwulan sebelumnya.
Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit baru pada seluruh jenis kredit terindikasi tetap tumbuh, yakni pada kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi dengan SBT masing-masing sebesar 60,35 persen, 35,62 persen, dan 59,25 persen. Ini lebih rendah dibandingkan SBT pada triwulan IV 2024 masing-masing sebesar 91,70 persen, 88,50 persen, dan 62,90 persen.
Sementara, kredit konsumsi yang termoderasi bersumber dari perlambatan permintaan kartu kredit dengan SBT 64,75 persen, multiguna SBT 27,07 persen, dan kredit tanpa agunan SBT 43,23 persen.
Baca juga: BI Laporkan Kinerja Dunia Usaha Melambat di Kuartal I 2025
“Serta penurunan kredit kendaraan bermotor SBT -13,72 persen, sedangkan kredit pemilikan rumah (KPR)/kredit pemilikan apartemen (KPA) mengalami peningkatan dengan SBT 79,46 persen,” tulis BI.
Secara sektoral, penyaluran kredit baru tetap tumbuh pada mayoritas sektor, dengan SBT tertinggi pada sektor jasa kemasyarakatan sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya dengan SBT 81,13 persen, penyediaan akomodasi dan makan minum SBT 62,53 persen, dan transportasi, pergudangan dan komunikasi SBT 58,06 persen.
Sementara itu, beberapa sektor mengalami penurunan penyaluran kredit baru, yaitu sektor real estate, usaha persewaan, dan jasa perusahaan SBT -16,56 persen, dan jasa perorangan SBT -10,14 persen. (*)
Editor: Galih Pratama