Jakarta – Indonesia memiliki potensi yang besar dalam pengembangan sektor industri halal. Hal ini tercermin dari persentase penduduk Indonesia yang merupakan 12,7 persen dari populasi penduduk Muslim dunia dengan didukung oleh peningkatan kesadaran akan pentingnya konsumsi sektor industri halal. Bank Indonesia (BI) meyakini, besarnya potensi tersebut dapat mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, prospek pengembangan industri halal tersebut, BI bersama pemerintah dan institusi terkait berpegang pada prinsip 4 C, yaitu komitmen yang kuat dari pihak-pihak terkait (Commitment), program yang konkrit sehingga mudah diimplementasikan (Concrete), sinergitas antara lembaga dan pihak terkait (Collaborative), dan terakhir edukasi yang dilakukan secara intens mengenai nilai lebih dari gaya hidup halal (Campaign).
Di sisi lain, kata dia, laju pertumbuhan industri halal global meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dari 7,5 persen pada tahun 2015 menjadi lebih dari 8 persen pada tahun 2016 dan diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2017 dan seterusnya. Pasar industri halal di Indonesia sendiri, khususnya di sektor makanan halal, travel, fashion, dan obat-obatan serta kosmetik halal telah mencapai sekitar 11 persen dari pasar global pada tahun 2016.
“Sebagai bagian dari strategi membangun ekosistem halal value chain, Bank Indonesia telah melaksanakan program pengembangan ekonomi syariah di sektor pertanian, makanan dan fashion, pariwisata serta energi terbarukan,” ujar Perry, di JCC, Jakarta, Rabu, 3 Oktober 2018.
Sebagai bagian dari program pengembangan halal value chain tersebut, Bank Sentral juga mendorong pemberdayaan ekonomi bagi 134 pesantren di 31 wilayah yang tersebar di Indonesia. Dalam rangka mendukung program pemberdayaan industri halal, Bank Sentral telah bekerja sama dengan lembaga zakat, mengoptimalkan dana sosial syariah seperti zakat, infaq, shadaqah dan wakaf tunai, sebagai salah satu sumber pembiayaan syariah.
“Bank Indonesia memandang pentingnya mendorong ekonomi dan keuangan syariah sebagai bagian dari bauran kebijakan,” ucapnya.
Pengembangan ekonomi dan keuangan syariah, kata Perry, diharapkan dapat menjadi salah satu upaya dalam memperkuat struktur ekonomi dan pasar keuangan global saat ini dan mendatang. Ke depan, untuk meningkatkan peran dan kontribusi ekonomi dan keuangan syariah secara global dan nasional, diperlukan peran aktif semua pihak, baik pembuat kebijakan, pelaku ekonomi maupun dunia pendidikan.
“Sebagai anggota Komite Nasional Keuangan Islam (KNKS), Bank Indonesia akan senantiasa bekerja erat dengan kementerian dan otoritas, dan mensinergikan program lintas sektoral untuk mencapai tujuan menjadikan ekonomi dan keuangan syariah sebagai sumber baru pertumbuhan ekonomi nasional,” tutupnya. (*)