Jakarta–Bank Indonesia (BI) pesimistis akan perkembangan kredut pada tahun ini. Adapun pertumbuhan kredit perbankan nasional di 2017 diperkirakan tidak akan menyentuh double digit atau di luar ekspektasi BI. Di mana Bank Sentral menargetkan sebelumnya kredit perbankan dapat tumbuh dikisaran 10-12 persen di tahun ini.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Gubernur BI Agus DW Martowardojo, di Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu, 16 Agustus 2017. Masih pelannya penyaluran kredit ini yang diproyeksikan hanya tumbuh di bawah 10 persen ini sejalan dengan permintaan kredit.
“Kita perhatikan bahwa pertumbuhan kredit 2017 belum menggembirakan masih dibawah double digit. Jadi tahun 2017 mungkin agak sulit untuk bisa mencapai pertumbuhan kredit 10-12 persen,” ujarnya.
Dia mengungkapkan, pertumbuhan kredit di 2017 yang diprediksi belum akan menyentuh angka double digit ini tercermin dari pertumbuhan kredit per Juni 2017 yang menunjukkan masih melambat. BI mengaku kredit yang disalurkan perbankan pada Juni 2017 tercatat Rp4.518,1 triliun atau hanya tumbuh 7,6 persen (yoy).
Sementara bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, pertumbuhan kredit mampu mencapai 8,6 persen. Kondisi perlambatan penyaluran kredit ini dikhawatirkan masih akan berlanjut hingga akhir tahun. Sehingga BI pun memprediksi kredit hanya mampu tumbuh single digit di tahun ini.
“Kalau yang di 2017 itu kelihatannya ada di bawah dua digit. Dan ini kita akan bahas di dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini. Kita perkirakan tidak mencapai dua digit, karena sampe dengan Juni secara year-to-date (ytd) baru 2,6 persen tumbuhnya,” ucap Agus Marto.
Namun demikian, dirinya meyakini, perlambatan pertumbuhan kredit ini hanya akan sementara dan terjadi di tahun ini. Menurut Bank Sentral, di tahun depan permintaan kredit akan meningkat dibandingkan dengan tahun ini. Sehingga, lanjut dia, kredit akan mampu tumbuh double digit di 2018 mendatang.
“Saya juga masih pelajari tetapi kita lihat mungkin agak sulit untuk bisa dua digit. Nanti kita akan dalami lagi. Tetapi kalo saya lihat di 2018 kita perkirakan sudah mencapai dua digit,” papar Agus Marto.
Perlambatan pertumbuhan kredit perbankan di Juni 2017 terjadi pada Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI). Adapun KMK tercatat sebesar Rp2.097,8 triliun atau hanya tumbuh 6,9 persen (yoy), lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang masih mampu tumbuh sebesar 8,5 persen (yoy).
Menurut Bank Sentral, pertumbuhan KMK yang melambat ini terutama disebabkan oleh kredit yang disalurkan kepada sektor perdagangan, hotel & restoran dan sektor keuangan, real estate & jasa perusahaan yang masing-masing tumbuh melambat dari 6,7 persen (yoy) dan 18,5 persen (yoy) menjadi masing-masing sebesar 4,3 persen (yoy) dan 17,1 persen (yoy).
Di sisi lain, KI juga mengalami perlambatan pertumbuhan dari 7,9 persen (yoy) pada Mei 2017 menjadi 6,1 persen pada Juni 2017 (yoy). Adapun perlambatan pertumbuhan KI tersebut terutama terjadi pada sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan, hotel & restoran yang masing-masing tumbuh melambat dari 4,7 persen (yoy) dan 8,2 persen (yoy) menjadi 3,5 persen (yoy) dan 6,7 persen (yoy) pada Juni 2017. (*)
Editor: Paulus Yoga