Jakarta–Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit perbankan sebesar 8% secara tahunan (yoy) pada Februari 2016, atau melambat jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,3% yoy.
Kendati demikian, menurut Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara, pertumbuhan kredit yang sebesar 8% di Februari 2016 tersebut masih selaras dengan target BI hingga akhir 2016 yang berada pada kisaran 12%-14%.
“Target tahun ini kan diperkirakan akan naik antara 12%-14%, kalau nanti kita lihat angka di kuartal II bisa meningkat, maka pertumbuhan kredit 12-14% masih cukup realistis,” ujar Mirza di Gedung BI, Jakarta, Jumat, 1 April 2016.
Dia menilai, pelambatan pertumbuhan kredit yang terjadi di bulan Februari 2016, lantaran masih adanya lag (jeda) antara pelonggaran kebijakan moneter dengan pertumbuhan perekonomian. Secara tidak langsung memang ini berdampak terhadap pertumbuhan kredit.
“Beberapa bulan ke depan baru kita lihat peningkatan aktifitas ekonomi, makanya dalam hal itu deregulasi yang dilakukan pemerintah yang sangat baik di berbagai sektor dan agresif,” tukas Mirza.
Oleh sebab itu, dirinya meminta agar pemerintah baik pusat maupun daerah dapat segera mempercepat pencairan anggaran. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi akan terdorong dan menopang pertumbuhan kredit 2016 yang dikisaran 12%-14%.
“Pemda-pemda juga harus melakukan deregulasi plus pencairan anggaran yang dipercepat, itu bisa membantu pertumbuhan ekonomi, sambil menunggu sektor korporasi sama sektor rumah tangga melakukan aktifitas ekonomi,” ucap Mirza.
Sebagaimana informasi, posisi kredit yang disalurkan perbankan pada akhir Februari 2016 tercatat Rp3.996,6 triliun atau tumbuh 8% (yoy), melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 9,3% (yoy). Perlambatan penyaluran kredit terutama terjadi pada Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI).
Menurunnya pertumbuhan kredit perbankan ini, telah mempengaruhi perlambatan Likuiditas perekonomian uang beredar dalam arti luas (M2) pada Februari 2016 yang tumbuh 7,2% (yoy). Angka ini lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,7% (yoy). (*)
Editor: Paulus Yoga