Sementara itu, kata Tirta, stimulus fiskal diperkirakan masih terbatas, sejalan dengan penyesuaian belanja pemerintah pada semester II-2016. Sedangkan dari sisi eksternal, masih lemahnya ekonomi dan perdagangan dunia mengakibatkan perbaikan ekspor riil masih tertahan, meski harga beberapa komoditas ekspor mulai membaik.
“Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan 2016 diperkirakan cenderung mendekati batas bawah kisaran 4,9-5,3% (yoy),” ucap Tirta.
(Baca juga : ADB Dukung Pertumbuhan Ekonomi Inklusif di RI)
Sementara itu di tempat yang sama, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juda Agung menambahkan, bahwa masih ada indikator-indikator penopang perekonomian yang tumbuh melambat. Salah satunya adalah kinerja ekspor dan tingkat konsumsi yang pertumbuhannya rendah atau diluar perkiraan BI.
“Kami melihat indikator-indikator yang ada seperti ekspor, konsumsi, pertumbuhannya memang lebih rendah dari perkiraannya kami. Tapi kami sudah sampaikan, pertumbuhan ekonomi masih di sekitar 5% utk triwulan III, mungkin agak sedikit di dalam range yang lebih rendah,” tutupnya. (*)
Editor: Paulus Yoga
Page: 1 2
Suasana saat penyerahan sertifikat Predikat Platinum Green Building dari Green Building Council Indonesia (GBCI) Jakarta.… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Oktober 2024 mencapai Rp8.460,6 triliun,… Read More
Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menolak rencana pemerintah menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi… Read More
Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Jumat, 22 November 2024, ditutup… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat uang beredar (M2) tetap tumbuh. Posisi M2 pada Oktober 2024 tercatat… Read More
Jakarta - PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) kembali meraih peringkat "Gold Rank" dalam ajang Asia… Read More